Pengembangan Muhammadiyah di luar negeri sendiri juga merupakan gagasan atau amanah hasil Muktamar Jakarta 2000 yang kemudian diperkuat kembali di Muktamar Makassar 2015.

Dalam struktur PCIM Australia periode 2010-2012 terdapat koordinator untuk masing-masing wilayah/negara bagian. Untuk wilayah New South Wales, nama Setya Rahma ditunjuk sebagai koordinator, yang kemudian digantikan oleh Muhammad Sayuti.

Dari serangkaian pertemuan dan rapat warga Muhammadiyah New South Wales, melengkapi perbincangan di email pada tahun-tahun itu, kemudian muncullah gagasan untuk mendirikan ranting di negara bagian ini.

Dari rapat-rapat yang melibatkan beberapa dosen dari UAD, UMS, UMY, UMM dan UNY yang sedang menempuh studi itu kemudian berdirilah ranting pertama di cabang Australia, yaitu ranting istimewa Muhammadiyah New South Wales (nama awalnya adalah Pimpinan Cabang Istimewa Muhammadiyah Australia Ranting New South Wales), yaitu pada 2 Safar 1434 H, bertepatan pada 16 Desember 2012, kurang lebih persis 100 tahun setelah Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di Yogyakarta pada 18 November 1912.

Pendirian itu ditandai dengan dipilihnya pimpinan, dimulainya pengajian rutin bulanan, dan dibuatnya grup Facebook “Muhammadiyah New South Wales Australia”. Menurut catatan, tanggal 16 Desember 2012 itu sendiri adalah saat diadakan pengajian bulanan perdana ranting di Masjid Al-Hijrah, Tempe.

Dari beberapa informan, catatan dan dokumentasi diketahui bahwa beberapa orang yang turut terlibat secara aktif merintis dan menggerakkan ranting di NSW pada masa awal (2010-2015) adalah Muhammad Sayuti (sekarang Sekretaris PP Muhammadiyah, saat itu mahasiswa University of Newcastle, dan sebelumnya University of Wollongong), Iis Siti Aisyah (dosen UMM, saat itu di University of Wollongong), Fathul Mubin (pimpinan pengajian; sekarang Ketua PCM Pleret, Bantul), Andy Bawono (saat itu kuliah di Macquarie University).

Ada juga Muhamad Irawan Fauzi (diaspora asal Jawa Timur), Novianto Fitriawan (profesional, diaspora asal Jawa Timur), Heri Susanto (penerjemah asal Jawa Tengah), Dwi Linna Suswardany (dosen UMS yang studi di University of Technology Sydney), Erna Andriyanti (saat ini guru besar UNY yang saat itu kuliah di Macquarie University), Meilina Widyawati (diaspora asal Jawa Timur; dulunya mahasiswi S3 University of Sydney), Fenti Setijowati (warga diaspora asal Jawa Timur), dan Yudhistira (diaspora asal Yogyakarta).

Nama-nama penting lain diyakini masih ada lagi namun perlu penelusuran lebih lanjut untuk dapat diungkap. Mereka sebenarnya berdomisili di tempat-tempat yang cukup berjauhan namun dapat bersama-sama menggerakkan kegiatan Muhammadiyah. Ini tentu menandakan adanya kesadaran yang cukup baik untuk menghidup-hidupi Muhammadiyah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini