Jangan berharap kebaikan, jika diri kita menjauh darinya. Jika diri kita tak memulainya, kapan lagi waktunya. Lakukankah kebaikan. Tolonglah orang lain yang terbaik sesuai kesanggupan kita.
Maka Allah Azza wa Jalla akan membalas dengan kebaikan. Karena sesungguhnya kebaikan itu akan kembali kepada kita dan keburukan itu akan mencelakai kita.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
هَلْ جَزَاءُ الْإِحْسَانِ إِلَّا الْإِحْسَانُ
“Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan (pula).”
Inilah tabungan sesungguhnya. Tabungan amal kebaikan. Jika suatu saat nanti kita membutuhkannya pasti kita akan mudah mengambilnya atau Allah Azza wa Jalla yang mudah memberikannya.
Bagaimana mungkin kita akan mengambilnya jika tak pernah menyimpannya dan tak pernah menabungnya. Ingatlah bahwa Allah Azza wa Jalla akan memberi jika kita memiliki.
Maka milikilah kebaikan, milikilah sesuatu bekal yang cukup agar bisa membantu keperluan kita kelak di akhirat.
Semua itu tetaplah dilandaskan pada amal sepenuh ikhlas karena Allah Azza wa Jalla semata. Wakafaa billahi syahida, cukuplah Allah menjadi saksinya.
Obsesi amal yang tinggi harus dibarengi keikhlasan yang tinggi. Itulah kunci kebaikan kita.
Pertanda amal baik kita diterima oleh Allah Azza wa Jalla adalah Allah Azza wa Jalla memudahkan kita untuk selalu dalam kebaikan dan semakin mendekatkan diri pada Allah Azza wa Jalla.
Sedang efek insaniyahnya adalah iyanya dikenal perilakunya semakin baik dari waktu ke waktu.
Untuk kepentingan ini, maka Allah Azza wa Jalla lapangkan dadanya dan semakin diberi kemudahan untuk senantiasa dalam ketaatan dijauhkan dari kemaksiatan.
Sungguh diri kita kadang terkagum-kagum dengan dunia. Begitu terpesona sampai kita lupa daratan. Dunia pun dikejar-kejar tanpa pernah merasa puas.
Sifat qana’ah (merasa cukup dengan setiap nikmat rezeki) pun jarang dimiliki. Demikianlah watak manusia.
Allah Azza wa Jalla menjelaskan bagaimanakah sifat dunia. Bagaimanakah keadaan harta dan kemewahan dunia lainnya.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا
“Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.”
Allah Azza wa Jalla menjelaskan bahwa nikmat dunia hanyalah nikmat dan perhiasan sementara yang akan sirna. Allah Azza wa Jalla menyifatinya dengan tanaman yang terlihat kuning, padahal sebelumnya berwarna hijau nan ceria.
Tanaman tersebut akhirnya pun hancur kering. Begitulah pula kehidupan dunia. Awalnya berada di masa muda, kemudian beranjak dewasa, lalu dalam keadaan lemah di usia senja.
Manusia di masa mudanya begitu enak dipandang dan ia dalam kondisi fisik yang kuat dan bugar. Kemudian ia pun beranjak dewasa dan berubahlah kondisi fisiknya.
Lalu ia beranjak ke usia tua senja, ketika itu dalam keadaan lemah dan sulit untuk bergerak sebagaimana mudanya. Sebagaimana hal ini dijelaskan dalam firman Allah Azza wa Jalla:
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِنْ بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفًا وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
“Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari Keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)
Ayat di atas menunjukkan bahwa dunia pasti akan sirna dan segera kita tinggalkan. Akhirat suatu hal yang pasti akan kita temui, tanpa diragukan lagi.
Oleh karena itu, Allah Azza wa Jalla menyampaikan ancaman di akhirat dan juga memotivasi untuk meraih kebaikan di negeri yang kekal abadi. Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَفِي الآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ
“Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya.”
Di akhirat cuma ada dua kemungkinan, yaitu mendapatkan siksa ataukah mendapatkan ampunan dari Allah Azza wa Jalla dan meraih keridhaan-Nya.
Dalam ayat ini kita diperintahkan untuk zuhud pada dunia dan lebih mementingkan akhirat. (Taisir Al Karimir Rahman, hlm. 841)
Karena sesungguhnya, kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. Allah Azza wa Jalla berfirman,
وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلا مَتَاعُ الْغُرُورِ
“Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.”
Disebutkan dalam sebuah hadits, dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَوْضِعُ سَوْطٍ فِى الْجَنَّةِ خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Bukhari no. 3250). (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News