Usia ke-111 tahun adalah penanda babak baru bagi peran pengkhidmatan Persyarikatan Muhammadiyah di tingkat yang lebih luas. Ada tiga hal yang perlu dipahami oleh seluruh penggerak persyarikatan sebagai modal usaha menata peradaban di tingkat global.
Penegasan ini kata Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir disuratkan dengan dipilihnya tema Milad 111 tahun Muhammadiyah, “Ikhtiar Menyelamatkan Semesta”. Haedar berpesan agar tema ini senantiasa dipegang oleh seluruh penggerak Persyarikatan sebagai acuan/orientasi gerakan.
“Ada tiga hal yang penting kenapa tema itu diangkat,” ujarnya dalam Resepsi Milad yang diselenggarakan oleh Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Sulawesi Utara (Sulut) di Kantor Gubernur Sulut, Ahad (10/12).
Sebab pertama adalah disrupsi akibat globalisasi dan perkembangan teknologi informasi yang tanpa disadari membentuk alam pikiran manusia sebagai pusat semesta yang berhak berlaku eksploitatif terhadap lingkungan dan sesamanya.
Akibat dari disrupsi ini misalnya adalah perubahan iklim hingga peperangan seperti yang terjadi di Ukraina, Palestina, dan beberapa belahan negara lainnya.
“Nah berangkat dari itu, Muhammadiyah ingin bersama-sama seluruh komponen dunia menyelamatkan dunia dari bencana semesta, bencana peradaban dan bencana kemanusiaan akibat ulah manusia. Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia (QS Ar-Rum:41). Bedanya dalam alam pikiran manusia modern saat ini kerusakan itu justru dibenarkan oleh berbagai legitimasi yang orang tidak sadar atas nama membangun tapi sejatinya merusak,” jelas Haedar.
“Muhammadiyah mengajak seluruh komponen bangsa bahkan kekuatan dunia untuk mari kita perbaharui alam pikiran yang keliru dan salah itu demi penyelamatan peradaban, demi penyelamatan semesta,” imbuhnya.
Adapun sebab kedua yang menjadi alasan mengapa tema itu dipilih, karena Muhammadiyah ingin mengajak seluruh warganya berkiprah lewat tindakan nyata.
“Muhammadiyah terus berkomitmen dalam usaha membangun kehidupan di tingkat dunia dan bangsa, bukan hanya dengan himbauan, teori, retorika atau seminar saja. Tapi dengan melakukan gerakan dan langkah-langkah nyata,” ucapnya.
Haedar lalu mengutip contoh gerakan nyata tersebut. Misalnya 20 ribu lebih TK/PAUD milik ‘Aisyiyah, 8 ribu lebih SD-SMA, 480 lebih pondok pesantren modern, ratusan klinik dan rumah sakit, hingga 173 Perguruan Tinggi. Muhammadiyah bahkan memiliki lembaga pendidikan di Mesir, Australia, dan Malaysia.
Ketertinggalan kualitas dan indeks daya saing SDM Indonesia di tingkat regional ASEAN, juga melatarbelakangi dipilihnya tema tersebut.
“Nah karena itu lengah, kita hargai ada pembangunan fisik yang luar biasa tapi SDM Indonesia yang akan menentukan sejarah Indonesia ke depan. Indonesia emas tidak akan terwujud jika kita tidak mengejar ketertinggalan ini. Di situlah perlu langkah progresif kita bersama. Muhammadiyah tidak bisa sendirian,” jelasnya.
Sedangkan alasan ketiga mengapa tema tersebut dipilih, kata Haedar adalah ajakan agar warga Persyarikatan terus merajut persatuan dan persaudaraan dengan berbagai golongan agar usaha menyelamatkan semesta lebih mudah tercapai.
“Ketiga, kami dalam usaha menyelamatkan semesta dan bangsa terus merekat persatuan. Tidak mungkin (pengkhidmatan) kami terus bergerak ke pinggiran dan wilayah terjauh kalau tidak ada semangat kita bersama,” pungkasnya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News