Ketua Umum PP Muhammadiyah Haedar Nashir mengajak warga Persyarikatan untuk merekat persatuan di tengah masyarakat, terutama dalam hingar bingar tahun politik 2024. Apalagi, Muhammadiyah memiliki pandangan resmi untuk merawat keragaman itu lewat dokumen Negara Pancasila Darul Ahdi wa Syahadah.
“Bapak ibu sekalian, pilihan politik boleh berbeda, ormas boleh berbeda, dan kenyataan memang harus berbeda, ini adalah semangat Bhinneka Tunggal Ika, tapi ingat Bhinneka Tunggal Ika itu bukan hanya merayakan perbedaaan, tapi juga harus merayakan persatuan,” pesan Haedar dalam Resepsi Milad ke-111 Muhammadiyah Sulawesi Utara yang diselenggarakan di Aula Mapalus Kantor Gubernur, Kota Manado, Sabtu (9/12/2023).
“Keseimbangan antara perbedaan dan persatuan, keberbedaan dan kesatuan, di situlah letak Indonesia nasibnya di masa yang akan datang. Kalau kita kehilangan keseimbangan tentu tidak akan kokoh menjadi bangsa,” imbuhnya.
Dalam kesempatan tersebut, Haedar Nashir kembali mengingatkan, para pendiri bangsa telah meletakkan konsep pendirian Indonesia sebagai benda yang hidup. Pada Sidang BPUPK misalnya, Soepomo menegaskan bahwa Indonesia yang akan dibangun setelah merdeka bukan sekadar ragat fisik, melainkan Indonesia yang bernyawa.
Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir, nyawa Indonesia terletak dalam keragaman tiga hal yang saling menyatu, yaitu Pancasila, agama dan kebudayaan luhur bangsa.
“Pancasila dalam ruh yang bersifat ruhaniah yakni agama, dan dalam konteks kebudayaan luhur bangsa. Maka agama, kebudayaan luhur dan Pancasila hidup menjadi bagian dari spirit, ruh, dan denyut nadi Indonesia. Mempertentangkan ketiganya itu akan menjadi retak sesama bangsa, apalagi menihilkan satu di antaranya,” pesan Haedar.
Haedar juga mewanti-wanti warga Muhammadiyah dan masyarakat di Manado untuk seksama dan dewasa dalam menyikapi perbedaan, terutama dalam hingar bingar tahun politik 2024.
“Akan ada riak-riak kecil dalam kehidupan kebangsaan, tapi riak kecil akan jadi besar jika landasan persatuan kita tidak kokoh. Nah para pendiri bangsa sudah meletakkan itu, bagaimana kompromi Pancasila dari Piagam Jakarta itu wujud dari tinta emas para tokoh agama, tokoh Islam dan tokoh bangsa untuk menjadikan Indonesia ini lekat dan rekat dalam perbedaan,” ucapnya.
“Nah warisan ini harus terus ditanamkan pada generasi muda, termasuk pada anak-anakku sekalian, bagaimana merawat Indonesia dengan jiwa Pancasila, jiwa agama dan jiwa kebudayaan luhur bangsa,” pungkasnya.
Senada dengan Haedar, Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey juga berpesan agar masyarakat terus menjaga kerukunan dan menghindari perpecahan sebab Sulawesi Utara merupakan laboratorium kerukunan.
“Kita jaga terus, kalau ada riak-riak sedikit saya rasa tidak bisa dipungkiri tapi peran serta pimpinan umat, FKUB serta para tokoh yang selalu bekerja bersama-sama sehingga tuntas secara musyawarah,” pesan Olly. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News