Kabarkan Kamp Pengungsi di Sahara Barat, Dua Pekerja HAM Mampir ke MDMC
dua orang pekerja hak asasi manusia (HAM) asal Swedia berkunjung ke Gedung Muhammadiyah Jalan KHA Dahlan, Yogyakarta.
UM Surabaya

Kantor MDMC PP Muhammadiyah Gedung Muhammadiyah Jalan KHA Dahlan Yogyakarta menerima kunjungan dua orang pekerja hak asasi manusia (HAM) asal Swedia, Senin (11/12/2023).  Mereka adalah Benjamin Ladraa dan Sanna Ghotbi yang telah bersepeda selama 2,5 tahun ke 18 negara.

Dua pekerja HAM tersebut berkelililing mengabarkan keberadaan kamp pengungsi di Sahara Barat Afrika Utara. Sekaligus ingin berbagi pengalaman dalam penangan pengungsi.

Di Kantor MDMC, Benjamin dan Sanna berbincang dengan Ketua MDMC PP Muhammadiyah, H. Budi Setiawan, ST, Wakil Sekretaris Barori Budi Aji, S.Hut, dan Ketua Bidang Jaringan dan Kerjasama, Twediana Budi Hapsari, Ph.D. Tujuan keduanya bersepeda keliling dunia untuk meningkatkan kesadaran mengenai situasi di Kamp Pengungsi di Sahara Barat.

Terdapat 175.000 pengungsi yang tinggal di gurun pasir yang sepenuhnya bergantung pada bantuan kemanusiaan untuk bertahan hidup selama 50 tahun terakhir.

“Kebanyakan orang tidak mengetahui tentang Kamp Pengungsi di Sahara Barat sehingga kami bersepeda ke lebih dari 30 negara selama dua setengah tahun,” ungkap Benjamin.

Kondisi tersebut diungkapkan Benjamin karena pembatasan yang dilakukan di Sahara Barat sehingga kamp pengungsi di sana tidak pernah diberitakan oleh jurnalis.

“Sahara Barat bukan hanya menjadi pos koloni terakhir di Afrika tetapi juga menjadi koloni terbesar di dunia,” terangnya.

Di Indonesia, mereka bertemu dengan beberapa lembaga kemanusiaan, salah satunya adalah Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) PP Muhammadiyah.

“Kami datang ke Indonesia sebulan yang lalu dan sejauh ini bersepeda dari Bali ke Yogyakarta. Kami datang kemarin ke Yogyakarta dan tinggal selama seminggu,” ujar Sanna.

Setelah Yogyakarta, rencananya mereka akan melanjutkan perjalanan ke Jakarta, Singapura, Malaysia, dan beberapa negara di Eropa, dan kembali ke Aljazair.

“Saya mengapresiasi semangat kedua pengelana tadi yg mengangkat nasib kelompok Sahrawi yang selama puluhan tahun menjadi pengungsi,” ujar Budi Setiawan.

Ia juga berharap aksi kemanusiaan seperti ini dapat menggugah kesadaran masyarakat bahwa masih ada kelompok masyarakat yang terpinggirkan.

Dikutip dari Wikipedia, konflik Sahara Barat adalah konflik yang sedang berlangsung antara Republik Demokratik Arab Sahrawi / Front Polisario dan Kerajaan Maroko. Sebagian besar Sahara Barat dikuasai oleh Pemerintah Maroko dan dikenal sebagai Provinsi Selatan.

Sedangkan sekitar 20% wilayah Sahara Barat masih dikuasai oleh Republik Demokratik Arab Sahrawi (SADR), negara bagian Polisario dengan pengakuan internasional yang terbatas.

Pertanyaan mengenai saling pengakuan, pembentukan negara Sahrawi dan banyaknya pengungsi Sahrawi yang mengungsi akibat konflik merupakan beberapa isu utama dalam proses perdamaian Sahara Barat yang sedang berlangsung. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini