Ketua Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Mariman Darto menyampaikan kontribusi Persyarikatan kepada anak yatim dan duafa cukup luar biasa. Dia memperkirakan, Muhammadiyah menghabiskan dana sekitar 1,6 Triliun rupiah setiap tahunnya.
Dalam peluncuran program Comma (Collaborative Muhammadiyah) di Jakarta pada Sabtu (9/12/2023), Mariman menarik perhitungan dari kunjungannya ke 35 panti asuhan. Dari kunjungan tersebut, didapati pola yang sama bahwa proporsi penghuni panti asuhan rata-rata adalah 20% anak yatim dan 80% duafa.
Muhammadiyah sejauh ini telah membina sedikitnya 1.012 panti asuhan atau LKSA (Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak) di seluruh tanah air.
Selanjutnya Mariman mengutip data bahwa jumlah anak yatim di LKSA milik Muhammadiyah yang terdata telah mendapat bantuan dari Kemensos RI sebanyak 8.911 orang.
Jika merujuk pada anggaran ideal bagi setiap anak-anak di LKSA sesuai standar platform crowdfunding Kitabisa yaitu 3 juta per kepala, maka Muhammadiyah telah memberikan santunan sebanyak Rp 26,733 miliar kepada anak yatim dalam sebulan.
Jika dihitung dengan proporsi perbandingan 20% dan 80% di atas, maka anggaran total LKSA Muhammadiyah untuk kebutuhan anak yatim dan duafa dapat naik lima kali lipat menjadi Rp133,665 miliar.
“Kalau setahun bayangkan, bantuan Muhammadiyah untuk mereka itu 1,6 triliun,” ungkap Mariman.
Perhitungan kasar semacam itu juga membuat dirinya heran karena Muhammadiyah ternyata bisa mencukupi dirinya sendiri. Sebab anggaran dari pihak eksternal di luar MPKS sangat kecil. Dia pun mengaku bangga pada ketulusan warga dan pegiat Muhammadiyah dalam melaksanakan khidmat sosial sesuai ajaran Al-Maun.
“Lazismu tidak akan cukup dananya untuk membantu mereka. Rata-rata yang didapatkan oleh Lazismu antara 400 sampai dengan 500 miliar (per tahun) misalkan tidak akan cukup untuk membantu itu, karena kebutuhan kita 1,6 triliun. Bantuan dari Kementerian Sosial, bantuan per makanan saja itu hanya cukup karena per bulan Rp900.000 kalau dikalikan dengan jumlah ini, dengan 8.000 sekian itu jumlahnya tidak sampai dari 200 miliar,” jelasnya.
Untuk diketahui, Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid menyampaikan, jumlah anak yatim dan piatu yang tercatat di Indonesia pada 2023 mencapai kisaran angka 4 juta jiwa. Jumlah yang tidak tercatat dipastikan jauh lebih banyak.
Jika ditambah dengan jumlah fakir miskin, maka beban negara cukup besar untuk membantu hajat hidup mereka sesuai amanat UUD 1945 Pasal 34 ayat (1) bahwa fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara.
Sebagai kelompok rentan, anak yatim dan duafa telah menjadi perhatian Muhammadiyah sejak awal berdiri. Kontribusi signifikan Persyarikatan kepada kelompok rentan ini diwujudkan dengan keberadaan 1.012 panti asuhan.
Program Comma, Maksimalkan Kekuatan Umat untuk Ikut Melayani Anak Yatim dan Duafa
Terungkapnya data kebutuhan yang sebesar itu, kata Mariman membutuhkan terobosan dan strategi jitu. Mariman kemudian bersyukur atas diluncurkannya program digital baru bernama Comma (Collaborative Muhammadiyah).
Dengan program crowdfunding yang transparan seperti Comma, Mariman yakin kebutuhan bagi LKSA di lingkungan Muhammadiyah dapat lebih stabil untuk terpenuhi secara merata. Apalagi, pengumpulan dana pada metode ini telah diatur lewatUndang-undang (UU) Nomor 9 Tahun 1961 tentang Pengumpulan Uang atau Barang.
“(pengumpulan donasi) itu bisa kita lakukan tetapi tidak bisa dengan cara manual. Itulah kenapa kemudian kehadiran Mas Timi menjadi sangat penting yang di hari ini perizinannya tidak perlu ke Kementerian Agama, cukup dengan Kementerian Sosial dan alhamdulillah perhatian Bu Menteri kepada Muhammadiyah sangat luar biasa,” syukurnya.
Untuk diketahui, Timi (Alfatih Timur) adalah co founder platform Kitabisa yang juga menjabat sebagai Wakil Ketua MPKS PP Muhammadiyah untuk kemitraan dan inovasi. Timi merupakan salah satu inisiator pendirian program Comma di Commafund.id.
Adapun pujian Mariman kepada Kemensos karena kementerian tersebut telah menyalurkan bantuan Rp11,36 miliar dan bantuan per makanan hampir 200 M. Lewat Comma ini, Mariman optimis Persyarikatan Muhammadiyah dapat lebih masif memberikan kontribusi kepada negara dalam membantu mengatasi persoalan anak-anak terlantar, terutama anak yatim dan duafa.
“Itulah kenapa kemudian ketika kita punya gagasan tentang Comma ini menjadi penting. Kami berharap mudah-mudahan saja semangat ini bisa menjawab sebuah tantangan penting, tantangan perubahan visi pengembangan Muhammadiyah ke depan bahwa berkembangnya kualitas pelayanan kesejahteraan sosial berbasis keluarga, komunitas, dan institusi untuk memperkuat ketahanan sosial kita,” pungkasnya. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News