UM Surabaya

Namun Nabi Yusuf menolak ajakan dan bujuk rayu Zulaikha, dengan tegas Nabi Yusuf menyatakan:

قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ إِنَّهُ لا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ

“Aku berlindung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung”.

Kisah kedua, suatu hari Amirul Mukminin Umar bin Khattab ditemani Abdullah bin Dinar berjalan bersama dari Madinah menuju Makkah. Di tengah perjalanan Ia bertemu dengan anak gembala. Lalu timbul dalam hati Khalifah Umar untuk menguji sejauh mana kejujuran si anak gembala itu.

Khalifah Umar mendekati pemuda pengembala itu, seraya berkata: “Sungguh banyak kambing yang kamu pelihara, lagi pula sangat bagus dan gemuk-gemuk semuanya. Oleh karena itu kamu juallah kepadaku. Saya menginginkan seekor darinya yang gemuk dan bagus”.

Mendengar kata-kata demikian, pengembala tersebut menjawab: Kambing-kambing ini bukanlah milik saya, tetapi milik majikan saya. Saya hanyalah seorang hamba dan pengembala yang mengambil upah saja”.

Umar bin Khattab berkata lagi, “Katakan saja nanti pada tuanmu, kambing itu dimakan serigala”. Anak gembala tersebut diam sejenak, ditatapnya wajah Amirul Mukminin, lalu keluar dari bibirnya perkataan yang menggetarkan hati Khalifah Umar, “Fa ainallah?, Fa ainallah? Jika Tuan menyuruh saya berbohong, lalu di manakah Allah? Di manakah Allah? Bukankah Allah Maha Melihat? Apakah Tuan tidak yakin bahwa siksa Allah itu pasti bagi para pendusta?.

Umar bin Khattab pun menangis dan mendakap anak itu. Kemudian meminta ditunjukan rumah majikannya. Tak lama, Umar bin Khattab membeli anak gembala itu dan kambing-kambingnya dari majikannya. Lalu, Ia memerdekakan anak gembala itu dan menghadiahkan seluruh kambing itu sebagai hadia atas sifat muraqabah.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini