Belajar dari kasus yang menimpa saudara kita yang tidak menghiasi dirinya dengan muraqabah:
Pertama, seorang ayah 41 tahun bertempat tinggal di Jagakarsa tega melakukan KDRT berat terhadap istrinya. Akibatnya, istrinya harus dilarikan ke rumah sakit. Saat istrinya masih dirawat, suami tega menghabisi ke empat anaknya yang masih bocah (6 th, 4 th, 3 th, 1 th). Karena alasan cemburu buta dengan istrinya. Ditambah keluarga itu belum membayar kontrakan rumahnya beberapa bulan.
Kedua, seorang guru SD di Malang ditemukan kritis bersimbah darah dengan isteri dan anaknya yang sudah terbujur kaku di dalam rumah. Guru ini akhirnya meninggal saat akan diberikan pertolongan di Rumah Sakit. Di kamarnya ditemukan sisa obat nyamuk cair yang diduga diminum istri dan anaknya.
Dari dua kasus tersebut memberikan pelajaran kepada kita semua untuk muhasabah sebagai bentuk pendidikan akhlak yang berupaya memahami keadaan diri dengan menjaga perhatian hanya kepada Allah “muraqabah”, sehingga akhlak yang dibentuk dengan konsep muhasabah ini benar-benar berasal dari hati yang tulus dan bersandar pada Allah.
Sehingga tidak akan pernah melakukan perbuatan yang melanggar syariat karena dalam benaknya selalu terpancar perasaan seolah-olah dirinya melihat Allah, dan jikalau Ia tidak dapat melihat-Nya, maka sesungguhnya Allah melihatnya.
Seorang hamba yang menghadirkan dalam benaknya saat menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya maka pasti lahir amalan yang istiqamah, dan akan merasa malu jika pada diri hamba tersebut terlintas amalan yang tidak diridai oleh Allah.
Bagaimana tidak merasa malu, sedangkan berbagai karunia dan nikmat Allah senantiasa turun kepada hamba-Nya dan catatan amal buruk senantiasa naik kepada-Nya namun Allah menutupinya.
Allah memperlakukan hamba-Nya sebagaimana perlakuan seseorang kepada orang yang dicintainya, Allah senantiasa mengulurkan waktu agar Ia bertobat, senantiasa memberikan rizki dan tidak pernah memutuskan karunia-Nya kepada hamba-Nya. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News