UM Surabaya

Ilmu yang berkah berarti ilmu yang memberikan nilai kemanfaatan dan kebaikan di dalamnya. Salah satu tandanya adalah ilmu tersebut diamalkan dan bermanfaat untuk dirinya dan orang lain serta mendatangkan kebaikan.

Adab juga merupakan cerminan dari baik buruknya akhlak seseorang. Akhlak yang baik ini menjadi tugas utama dari diutusnya Rasulullah SAW.

“Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.” (HR Ahmad).

Jadi, amanah mendidik adab dan akhlak sekaligus selaras dengan misi Nabi dan Rasul.

Mendidik adab membutuhkan proses waktu yang tidak sebentar. Butuh komitmen dan konsistensi yang baik dalam mengawal proses internalisasi.

Banyak ulama dalam mempelajari adab itu lebih lama ketimbang mempelajari ilmu. Dan perlu disadari bahwa faktor terpenting yang mempengaruhi baik buruknya perilaku, yaitu lingkungan, baik keluarga, sekolah ataupun masyarakat.

Oleh karena itu, dibutuhkan strategi dan cara-cara khusus dalam proses mendidik adab seorang murid. Setidaknya ada empat tahapan yang penting dilakukan untuk mendidik adab.

Pertama, memberikan uswah atau contoh yang baik, sebagaimana yang telah dicontohkan Nabi Muhammad saw dalam mendidik para sahabatnya.

Kedua, proses pemahaman (al-fahm). Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan pemahaman yang benar tentang adab yang baik yang harus dikerjakan, dan adab yang buruk yang mestinya ditinggalkan. Proses ini dapat dilakukan melalui pembelajaran, kajian, diskusi, sosialisasi, dan lain sebagainya.

Ketiga, proses pembiasaan (ta’wid). Hal ini bisa dilakukan dengan membiasakan murid melakukan adab-adab yang baik. Bisa melalui program-program khusus seperti pembiasaan salat berjamaah, zikir, budaya bersih, jujur, salam, menghargai teman, dan lainnya.

Keempat, proses pengawasan (muraqabah). Pengawasan dapat dilakukan langsung oleh para guru atau petugas khusus, atau juga bisa dibantu dengan teknologi yang ada.

Pengawasan ini diharapkan dapat menjadi kontrol sosial untuk mengendalikan perilaku dan adab.

Tentu yang paling terpenting dalam pengawasan ini adalah dengan menanamkan sikap ihsan, sehingga setiap murid harapannya memiliki kesadaran tentang pengawasan dari Allah SWT.

Rasulullah saw bersabda tentang ihsan:

“Engkau menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, jika engkau tidak bisa melihat-Nya, maka sesungguhnya Dia melihatmu.” (HR al-Bukhari no 50 dan Muslim no 8).

Setelah segala upaya dan ikhtiar dilakukan maka yang terakhir adalah berdoa kepada Allah SWT.

Doa inilah yang akan menjadi senjata terakhir untuk mengetuk rahmat Allah SWT agar supaya menjadikan para murid insan yang beradab. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini