Muhammadiyah bisa memainkan peran penting dan strategis dalam mengisi kemajuan dan pembangunan bangsa.
Itu sebabnya, Muhammadiyah selalu bersikap dewasa dalam menyikapi pesta demokrasi lima tahunan yang berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang.
“Kontribusi Muhammadiyah untuk kemajuan bangsa ini nyata, tidak cuma lima tahun sekali,” kata Wakil Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Jatim Dr Sholihin Fanani, Sabtu (23/12/2023).
Sholihin mengaku perlu menegaskan masalah ini menyusul menghangatnya polarisasi politik jelang Pemilu 2024. Di mana terjadi perbedaan pandangan dan keyakinan terkait dukungan terhadap calon presiden-calon wakil presiden (capres-cawapres) yang akan berkompetisi di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
Tiga pasangan calon yang berkontestasi dalam Pilpres 2024 adalah Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dan Ganjar Pranowo-Mahfud MD.
“Meski saya melihat tidak sekeras pada Pemilu 2019, namun gejala masyarakat terpecah sudah terlihat dan makin berasa. Banyak kelompok satu menyalahkan bahkan mencurigai kelompok lain karena dianggap berbeda pilihan,” terang Sholihin.
Pria yang karib disapa Abah Shol itu, menegaskan, sebagai organisasi Islam tertua dan terbesar di Indonesia, Muhammadiyah sangat berkepentingan untuk menjaga harmonisasi bangsa di tengah perbedaan tersebut.
“Karena itu, hingga sekarang sikap netral itu tetap dijaga Muhammadiyah dengan konsisten menjalankan gerakan keagamaan, syiar Islam dan tidak akan masuk ranah politik,” tandas Sholihin.
Meski menjaga netralitas dalam Pilpres, Muhammadiyah selalu berpartisipasi aktif dalam ikut menyukseskan dan membangun kehidupan berbangsa dan negara yang lebih baik dan bermartabat.
Sholihin lalu menjelaskan beberapa peran penting dan strategis yang dilakukan Muhammadiyah untuk kemajuan dan kemakmuran masyarakat dan negara.
Di antaranya Muhammadiyah sangat berpengalaman mengelola amal usaha yang terus bertumbuh dan manfaatnya dirasakan masyarakat secara luas.
Saat ini, sebut Sholihin, di antara Muhammadiyah itu adalah 172 perguruan tinggi (terdiri dari 83 universitas, 53 sekolah tinggi, 36 bentuk lainnya), 122 (plus 20 Rumah Sakit dalam proses pembangunan), 231 klinik, 5.345 sekolah/madrasah, 440 pesantren, 1.012 amal usaha sosial seperti (panti asuhan, dan lainnya), 20.465 aset wakaf, dan sedikitnya lahan seluas 214.742.677 meter persegi.
Tak hanya itu, Muhammadiyah selalu memberi respons cepat terhadap situasi dan kondisi bangsa. Sebut saja, setiap ada bencana alam, Muhammadiyah selalu tampil yang terdepan dengan memberikan bantuan dan pertolongan.
“Kita bisa melihat melalui rekam jejak digital, bagaimana lembaga-lembaga filantropi Muhammadiyah bergerak membantu korban-korban bencana di lapangan,” terang Sholihin.
Sholihin berharap, praktik dan pengalaman baik ini yang dilakukan Muhammadiyah ini bisa diperkuat dan menginspirasi banyak kalangan. Khususnya bagi para pemegang kebijakan.
“Saya kira, sinergi dan kolaborasi Muhammadiyah dan pemerintah merupakan kebutuhan yang tak bisa dielakkan,” cetus dia.
Dia menambahkan, Muhammadiyah punya sumber daya manusia yang memiliki kapasitas terbaik di berbagai bidang. Mereka terdidik, terampil, dan berakhlakul karimah.
“Muhammadiyah siap mewakafkan mereka demi kepentingan bangsa dan negara,” pungkas Sholihin. (wh)