*) Oleh: Rumini Zulfikar
Ketua PRM Troketon, Anggota Bidang Syiar MPM PDM Klaten, dan Anggota Majelis MPI & HAM PCM Pedan.
Setiap tanggal 22 Desember diperingati sebagai Hari Ibu, sebagai bentuk penghargaan terhadap jasa seorang ibu atau figur dalam kehidupan seseorang.
Ibu, sosok yang telah berperan mulai dari melahirkan, merawat, mendidik buah hatinya dengan penuh kelembutan, kesabaran, dan ketekunan, tanpa meminta imbalan sepeser pun dari anak-anaknya.
Masyarakat menyebut sosok seorang ibu dengan panggilan yang bermacam-macam seperti Simbok, Emak, Mama, Ibu, Umi. Bahkan, dalam Alquran ada nama surat yaitu Surat An-Nisa (Wanita), menunjukkan penghargaan dan keagungan kaum ibu (wanita) dari Allah SWT langsung.
Jika kita merenung dalam sejarah dari beberapa literatur, banyak tokoh hebat yang memberikan warna dalam peradaban kehidupan manusia di dunia.
Sebut saja Siti Hajar, Ibu Nabi Muhammad SAW, Siti Khadijah, Aisyiah, Fatimah, Nyai Walidah, Cut Nyak Dien, Fatma Wati, Munjanah, Hayinah, dan lain-lain.
Peran mereka dalam keseharian sangat besar, tidak hanya dalam urusan keluarga, sosial, ekonomi, dan pendidikan, tetapi juga dalam politik.
Bahkan, Indonesia pernah dipimpin oleh seorang perempuan sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Peran Ganda
Sesuai kodratnya, seorang ibu adalah mitra untuk suaminya. Tugas utamanya adalah mendidik anak mulai dari lahir sampai dewasa, sebelum anak bersekolah secara formal baik di sekolah umum maupun berbasis agama (pondok pesantren).
Ikatan batin antara ibu dan anak tidak bisa dipisahkan, bahkan sangat kuat getaran gelombang energi yang menyatu.
Dalam perjalanan kehidupan keluarga, untuk membantu mencukupi ekonomi keluarga, kadang tidak bisa dihindari. Ibu harus mampu mengatur (manajemen) urusan pokok dan lainnya.
Terkadang, ibu menjadi tulang punggung keluarga karena suami berhalangan. Dari sinilah sikap bijak dan ketangguhan seorang ibu kadang melebihi suaminya.
Perlakukan dengan Ihsan
Ketika berbicara tentang lansia di tahun 2022, data resmi BPS mencatat bahwa lansia di Indonesia mencapai 28,9 juta jiwa atau 10,48 persen.
Ini menjadi tanggung jawab kita karena tidak selamanya ibu kita muda, dan usia seseorang termasuk ibu akan mengalami penurunan fisik, ingatan, dan lain-lain seiring bertambahnya umur.
Sebagai anak, kita memiliki tanggung jawab dan kewajiban untuk memuliakan ibu (SeniorCare). Sentuhan baik secara jasmani maupun rohani, lahir maupun batin, haruslah dilakukan.
Jangan menyakiti hati seorang ibu, jangan menelantarkan ibu kita. Rawatlah dan perlakukanlah dengan ihsan (baik), terutama saat ibu sakit.
Kehadiran kita dengan kasih sayang akan menghiburnya, karena setiap ucapan ibu mengandung nilai-nilai doa.
Berbahagialah kita selama ibu masih mendampingi, manfaatkan untuk berbakti dan melayani kebutuhan ibu dengan penuh asah, asuh, dan asih.
Jika ini dilakukan, ibu akan merasakan kebahagiaan, dan doanya akan menjadi anugerah bagi kita. Ingatlah bahwa doa seorang ibu sangat ampuh, seperti yang dikatakan dalam pepatah Jawa, “Doane Ibu Ampuh.”
Dalam suatu kesempatan, seorang sahabat meminta izin kepada Rasulullah:
“Sahabat: Ya Rasulullah, izinkan aku untuk ikut berjihad (berperang).
Nabi bertanya: Apakah kamu punya tanggungan di rumahmu, wahai Fulan?
Sahabat menjawab: Masih Rasul, ibuku yang sudah tua.
Nabi bersabda, “Berjihadlah dengan berbakti kepada keduanya” (HR Muslim).
Ini adalah hikmah tentang betapa pentingnya memuliakan ibu (orang tua) kita, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal.
Jangan bosan-bosan mendoakan kedua orang tua kita. Semoga apa yang kita lakukan mendapatkan keberkahan (Al Jaza’u min jinsil amal).
Selamat Hari Ibu! Mari kita jaga kesehatan mental ibu dan kesehatan keluarga.
*) Artikel ini juga tayang di suaramuhammadiyah.id
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News