Mendorong upaya penurunan angka stunting di Indonesia, Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah (PP ‘Aisyiyah) bekerjasama dengan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan (FKM UAD) menggelar Program Inklusi Pemberian Makanan Tambahan (PMT) memanfaatkan potensi makanan lokal.
Kegiatan PMT Local Hunter 2023. itu dilombakan dan sudah dalam tahap pengumuman pemenangnya.
Sekretaris Umum PP ‘Aisyiyah yang juga merupakan Koordinator Program Inklusi ‘Aisyiyah, Tri Hastuti Nur Rochimah menyampaikan bahwa upaya penurunan stunting masih menjadi PR bersama.
Meskipun terdapat penurunan angka stunting di Indonesia akan tetapi penurunan tersebut masih berada di atas standar WHO. Terlebih menurutnya bahan pangan lokal yang beragam di Indonesia belum dimanfaatkan secara maksimal dalam upaya penurunan angka stunting ini.
“Masyarakat belum memiliki pengetahuan yang kuat untuk memanfaatkan potensi yang ada di sekitar termasuk dalam hal pemberian makanan tambahan berbasis bahan pangan lokal,” ungkap Tri pada Kamis (21/12/2023).
Upaya penjaringan rancangan PMT ini disebut Tri, adalah upaya untuk melakukan inovasi dan meluaskan wawasan bersama sebagai salah satu strategi yang dapat digunakan untuk penurunan stunting yang berbasis makanan lokal.
“Di tengah gempuran makanan instan maka menghidupkan makanan lokal sebagai sumber gizi harus terus kita giatkan,” katanya.
Terlebih menurut Tri, inovasi PMT berbasis bahan lokal ini sesuai dengan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) dari pemerintah Indonesia.
’Aisyiyah disebut Tri mempunyai komitmen yang tinggi menggandeng berbagai pihak untuk bersama menurunkan angka stunting. Termasuk dalam program Inklusi yang merupakan kemitraan Australia-Indonesia menuju masyarakat inklusif.
Beberapa intervensi yang ‘Aisyiyah lakukan antara lain melalui kegiatan Rumah Gizi ‘Aisyiyah yang diimplementasikan di tingkat komunitas. Akan tetapi menurutnya memang banyak tantangan dalam upaya pencegahan stunting yang perlu untuk diatasi bersama.
“Kita akan terus memperkuat kolaborasi dengan pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat, Persagi, Perguruan Tinggi, dan berbagai elemen lain dalam rangka mimpi kita yang harus diwujudkan untuk mencapai penurunan angka stunting menuju 14%,” jelasnya.
Terlebih untuk menyongsong Indonesia emas usia 100 tahun pada 2045. Ini hal yang penting sekali karena kemajuan sebuah bangsa tergantung pada SDM dan SDM yang baik tentu bersumber dari asupan gizi yang baik pula. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News