Pada hari itu diberitakan kepada manusia apa yang telah dikerjakannya dan apa yang dilalaikannya. Bahkan manusia itu menjadi saksi atas dirinya sendiri meskipun dia mengemukakan alasan-alasannya.
Menurut az-Zamakhsyariy, jiwa-jiwa manusia akan menyesali diri pada hari kiamat karena sedikitnya takwa mereka kepada Allah saat di dunia.
Sementara itu, M. Quraish Shihab (2002, 9:167) menjelaskan semua orang akan menyesal pada hari Kiamat karena tidak menggunakan seluruh kesempatan hidup di dunia untuk berbuat baik.
4. Nafsul mutmainnah (Jiwa yang tenang) Seiring berjalannya waktu, umur manusia juga bertambah. Manusia yang awalnya bayi, kanak-kanak, remaja dan dewasa, sudah masanya menjadi tua.
Semoga dengan bertambahnya umur, bertambahnya uban di kepala, semakin ringkihnya badan semoga jiwanya semakin faham tentang hidup dan kehidupan. Harapan kita semua, kita bisa jiwa yang tenang. Jiwa yang paham bahwa segala hal didunia ini pastilah kembali kepada Allah.
Jika bisa menyadari hal ini orang itu akan merasakan kedamaian dan ketenangan dan tibalah pada nafsul mutmainnah.
An-Nafsu al-muthmainnah adalah nafsu atau ruh yang tenang, tidak ada rasa takut dan khawatir atas kepastian janji Allah. Ialah ruh yang sampai pada tingkat kedamaian dan ketenangan.
Ia senantiasa menerima atas kehendak Allah (radhiyah), dan ia pun direstui kehadirannya kembali kepada Allah (mardhiyyah). Ayat yang menceritakan hal ini sungguh indah QS. Al Fajr 89: 27-30, Hai jiwa yang tenang.
Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku, masuklah ke dalam surga-Ku. Kehidupan manusia di dunia akan berakhir dengan memasuki fase kehidupan berikutnya.
Melalui kematian manusia masuk kea lam barzakh. Jiwa-jiwa yang tenang akan mendapat kebahagiaan sebagaimana janji Allah yang maha Penyayang. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News