Pembuktian Cinta: Mengikuti Jalan Profetik
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari

Pengakuan diri sebagai hamba yang cinta kepada Allah dan rasul-Nya harus dibuktikan dengan menjalankan sunah-sunah Nabi.

Tanpa pembuktian dengan amal perbuatan sama saja melakukan kebohongan terhadap nilai-nilai profetik.

Kebohongan atas nama cinta banyak dilakukan kaum muslimin. Hal ini berimplikasi hilangnya Marwah kaum muslimin dan berganti dengan kehinaan.

Cinta Profetik dan Pembuktian

Kecintaan kepada rasul tidak cukup hanya dalam ucapan tetapi perlu pembuktian dengan amal perbuatan yang sesuai dengan amalan yang dipraktikkan nabi.

Namun pada umumnya, manusia sering kali mengungkapkan cinta pada nabinya namun justru perilakunya berhimpit dengan kemaksiatan.

Hal ini sebagaimana dilakukan oleh orang-orang Yahudi. Mereka mengaku paling cinta kepada perintah Allah dan Rasul-Nya.

Mereka mengklaim dirinya cinta kepada Allah tapi mereka enggan melakukan perintah-Nya.

Hal ini Berbeda dengan seorang muslim yang mengaku cinta kepada Allah harus dibuktikan dengan menjalankan apa pun yang diperintahkan Allah.

Hal ini dinarasikan Alquran dengan baik sebagaimana firman-Nya :

قُلْ اِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّوْنَ اللّٰهَ فَا تَّبِعُوْنِيْ يُحْبِبْكُمُ اللّٰهُ وَيَغْفِرْ لَـكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ۗ وَا للّٰهُ غَفُوْرٌ رَّحِيْمٌ

“Katakanlah (Muhammad), “Jika kamu mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintaimu dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.”
(QS. Ali ‘Imran : 31)

Pembuktian atas kecintaan kepada Allah akan menggerakkan dirinya untuk berbuat baik. Dengan berbuat baik itu maka Allah akan memperbaiki hidupnya dan membersihkan dirinya dari dosa-dosa masa lalunya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini