*) Oleh: Sigit Subiantoro
Anggota Majelis Tabligh PDM Kabupaten Kediri
Kematian adalah penghancur kenikmatan. Betapa banyak orang yang mendapatkan kelapangan dalam nikmat duniawi, entah berupa harta dan kedudukan, namun dia dalam kondisi lalai dengan kematian.
Kemudian kematian itu pun datang menjemputnya, sehingga terputus dan hancurlah semua kenikmatan duniawi yang dia dapatkan tersebut.
Dengan mengingat kematian, seseorang akan merasa qana’ah dengan terbatasnya rezeki yang dia dapatkan, dia juga tidak tamak dengan nikmat duniawi.
Seseorang hidup di dunia ini bagaikan orang yang berada dalam safar (perjalanan), dia cukupkan untuk hidupnya apa yang dibutuhkan untuk kehidupannya.
Apa pun yang lebih dari itu, maka dia tidak akan menikmatinya, bukan untuknya. Dia tidak akan membawa apa pun ketika selesai dari kehidupan di dunia ini, kecuali hanya sebatas membawa kain kafan saja.
Dengan mengingat kematian, dia akan merasa cukup dengan sedikitnya harta yang dia peroleh, dan dia akan menjauhi berlebihan dalam masalah harta ketika hal itu bisa melalaikannya.
Meskipun jiwa kita pada dasarnya mencintai harta, sebagaimana firman Allah Ta’ala:
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
“Dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.” (QS Al-‘Adiyat: 8)
Allah Ta’ala juga berfirman,
وَتُحِبُّونَ الْمَالَ حُبّاً جَمّاً
“Dan kamu mencintai harta benda dengan kecintaan yang berlebihan.” (QS Al-Fajr: 20)
Oleh karena itu, kematian adalah nasihat paling agung bagi seorang hamba. Karena dia bisa menyadari bahwa semua harta dan nikmat duniawi lainnya itu akan dihisab di sisi Allah Ta’ala.
Semoga bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News