Entah sudah berapa kali kerinduan selalu hadir tuk mengais dan meraih kebahagiaan yang telah pergi.
Angin semilir menyentuh sinar mentari pagi yang kini kelihatan sangat cerah tidak seperti biasanya.
Pohon-pohon pun tersenyum bahagia melambaikan dedaunan ke kanan dan ke kiri pertanda hari esok yang semakin cerah.
Burung-burung pagi berkicauan, berlarian, dan bercerita kepada teman setianya tuk terus meraih bahagia bersama.
Amal itu tergantung penutupnya, begitu tema yang diangkat oleh seorang ustaz di daerah terpencil mengantarkan jamaah pada kegiatan kuliah subuh setiap Ahad pagi di masjid kecil yang tetap dengan antusias dihadiri beberapa jamaah.
Jika dibandingkan jumlah orang yang menghadiri pengajian dengan yang melaksanakan kegiatan di luar pengajian tentu kurang sebanding.
Kadang orang begitu antusias satu keluarga beramai-ramai untuk berkunjung ke tempat wisata, tempat keramaian, atau tempat hiburan walaupun ada orang yang hanya menghabiskan waktu untuk duduk-duduk saja.
Kebanyakan di masyarakat sangat jarang sekeluarga yang antusias untuk bersama menghadiri pengajian.
Mungkin pengajian yang kurang menarik atau mungkin penyakit Al-Wahn atau cinta dunia dan tidak mengingat akan datangnya kematian sudah menjalar di kalangan kita.
Melalui tulisan ini mari kita beranjangsana ke dunia masa lalu dan masa depan. Saat kita di perut ibu usia 120 hari, Allah perintah kepada Malakul Hamli, Malaikat yang menjaga kehamilan ibu, untuk meniupkan roh dan menuliskan 4 kalimat, yakni rezekinya, ajalnya, amalnya, menderita atau bahagianya.