Berpikir sebelum Berbicara
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Keistimewaan manusia disebut sebagai ‘hayawanun naatiq’. Makhluk yang dianugerahi oleh Allah Subhanahu Wa Ta’ala memiliki “lisan”.

Dari lisan inilah meluncur rangkaian kata yang menggambarkan pribadi seseorang.

Berkata benar dan tulus serta berpikir sebelum berucap adalah karakter orang beriman.

Sebagaimana Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman di dalam Alquran:

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS. Al-Ahzab 70)

Tafsir ayat tersebut :

“Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan melaksanakan syariat-Nya, bertakwalah kepada Allah dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya serta ucapkanlah ucapan yang benar dan jujur.”

Dua orang sahabat yang penuh keakraban bisa dipisahkan dengan lisan. Dan juga seorang bapak dan anak yang saling menyayangi dan menghormati pun bisa terpisahkan sebab lisan.

“Suami istri yang saling mencintai dan saling menyayangi bisa dengan cepat saling memusuhi karena lisannya.”

Tentang bagaimana menjaga lisan, lisan orang yang berakal berada di belakang hatinya.
Bila dia ingin berbicara, dia mengembalikan ke hatinya terlebih dulu, jika terdapat maslahat (sesuatu yang mendatangkan kebaikan keselamatan dan faedah) baginya maka dia akan berbicara. Dan bila tidak ada (maslahat) dia tidak (berbicara).

Adapun orang yang jahil (bodoh), hatinya berada di ujung lisannya sehingga apa saja yang menyentuh lisannya dia akan (cepat) berbicara.

Sesungguhnya Kebaikan memiliki kekuatan untuk memberi manfaat bagi kesehatan fisik dan mental semua orang yang terlibat.

“Barang siapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannyaā€¯ (HR. Muslim 1893)

Adapun lidah orang berakal berada di belakang hatinya, dan hati orang bodoh berada di belakang lidahnya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini