Muhammadiyah Awal: Sederhana, Simpel, dan Aplikatif
Nurbani Yusuf
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Nurbani Yusuf

Khas organisasi modern. Susunan struktur Muhammadiyah yang digagas Kyai Dahlan cukup simpel: Satu orang ketua. Satu orang sekretaris. Satu orang bendahara atau kasir pemegang kas.

Berikut empat Majelis: Majelis Penolong Kesengsaraan Oemoem. Majelis Poestaka. Majelis Pendidikan dan Majelis Tablig.

***

Muhammadiyah besar karena menolong anak yatim. Mengajak dan memberi makan orang faqir.

Itulah kunci awal pergerakan. Bukan mengkafirkan orang Islam gegara baca qunut saat salat subuh, atau mem-bid’ah-kan yang baca sayidina saat nama Kanjeng Nabi saw disebut.

Mbah Yai Dahlan yakin bahwa tahayul, bid’ah dan khurafat bakal hilang apabila masyarakat diberi pendidikan yang cukup.

Karena itu empat Majelis yang awal didirikan adalah: Majlis PKO, Majelis Poestaka, Majelis Pendidikan dan Majelis Tabligh.

***

Model Muhammadiyah yang saya impikan: kecil, ramping dan lincah bergerak. Prof Malik Fadjar pernah memberi nasihat agar Muhammadiyah tidak menjadi gajah gemuk, godal-gadul susah bergerak karena terlalu banyak pengurus.

Perlu berminggu, berbulan bahkan bertahun untuk putuskan sesuatu. Karena birokrasi yang mbulet dan panjang mirip pemerintah.

Gerakan Kyai Dahlan cukup sederhana, sebab beliau sama sekali tak ada niat bersaing dengan negara, tapi bersinergi saling melengkapi — juga tidak mengambil posisi berhadapan sebagai oposisi.

Sebab itu harakah Muhammadiyah adalah ikhtiar amar ma’ruf nahi munkar dalam konteks luas mengedepankan maslahat.

Kyai Dahlan menawarkan pemahaman Islam aplikatif bukan teori apalagi hapalan tapi gerakan nyata yang mengusung banyak amal saleh.

Carl Whyterington menyebut Kyai Dahlan sebagai ‘pragmatikus’ agama dalam arti aplikatif.

***

Ide awal Kyai Dahlan inilah yang seharusnya ditangkap kembali agar spirit ber-Muhammadiyah tidak belok arah.

Revitalisasi model Kyai Dahlan ini menjadi sangat urgen agar spirit bermuhammadiyah tidak jauh mengambang.

Bahwa kemudian hari mengalami perubahan, tidaklah mengapa, tapi jangan menjauh dari spirit awal.

Kyai Dahlan tidak meninggalkan tulisan apalagi kitab yang dijadikan kredo ideologis. Beliau meninggalkan model harakah, cara berpikir dan paradigma beragama.

Di kemudian hari, Muhammadiyah menjelma menjadi gerakan yang simpel, modern dan futuristik, sebelum berubah menjadi gemuk dan lamban, karena sejak awal tidak mengkonstruk ideologi yang kokoh.

Ibarat rumah besar penuh dengan perabot dan fasilitas tapi sesak penghuni. Pengurus sibuk ngurus sesama pengurus. Sesama pengurus berebut fasilitas. Sungguh tak lazim.

***

Muhammadiyah itu Islam simpel yang aplikatif. Begitulah yang saya pahami. Wallahu taala alm. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini