Mahasiswa UMM Ajari Baca Tulis Anak-anak WNI Ilegal di Malaysia
Anak-anak WNI Ilegal di Malaysia. foto: ist
UM Surabaya

Menjadi seorang yang terdidik sudah seyogyanya mendorong diri untuk bisa bermanfaat untuk orang lain. Hal itu juga dirasakan oleh lima mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Malang (FKIP UMM).

Dengan semangat mengajar dan berjuang mencerdaskan anak bangsa, mereka berkontribusi mengajar anak-anak melalui program KKN kemitraan internasional Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) di Malaysia, November-Januari ini.

Dalam prosesnya, mereka mengajar anak-anak yang tertahan tidak bisa pulang ke Indonesia karena terhambat proses administrasi. Hal itu tak lepas dari masalah perizinan tinggal dan proses izin lain.

Bukan hanya kesulitan dalam mendapatkan fasilitas, para WNI ini juga harus merasakan hidup yang susah karena ekonomi yang rendah.

Salwa Salsabila Naqqiyah Rafie, salah seorang anggota tim, menyampaikan, dalam berbagai keterbatasan itu timnya melakukan upaya peningkatan literasi dan pendidikan pada anak-anak yang termarjinalkan selama satu hingga dua bulan.

“Walaupun secara hukum mereka ilegal, tapi kami rasa mereka sudah seharusnya memiliki akses pendidikan yang baik melalui pengajaran yang dilakukan di sanggar belajar,” ujar Sabil.

Karena tidak memiliki kekuatan hukum, anak-anak itu tidak bisa melakukan sekolah seperti anak-anak lain pada umumnya.

Mereka tidak diizinkan untuk mendaftar di sekolah dasar dengan alasan identitas yang tidak jelas.

Adapun program yang dilakukannya menjadi alternatif yang bisa dipilih oleh anak-anak akan menjadi alternatif mendapatkan pendidikan meski memang tidak melalui sekolah formal.

“Saat mengajar, kami cukup sedih karena ada beberapa remaja yang bahkan tidak bisa membaca. Ini juga menjadi semangat kami untuk berkontribusi dan berbagi,” katanya.

Ada beberapa program yang mereka lakukan saat mengajar. Mulai dari pengenalan budaya Indonesia melalui games dan lagu lagu daerah, program Rabu Literasi hingga English Vocab.

Namun mengingat anak-anak di sanggar belajar belum mampu belajar mandiri, maka kegiatan ditekankan pada pembiasaan membaca dan menulis sebagai dasar literasi yang sangat penting.

Sabil dan timnya menutup kegiatan dengan mengadakan pentas seni yang cukup meriah. Pentas seni ini juga menggambarkan keanekaragaman budaya Indonesia yang sangat mereka cintai dan selalu mereka rindukan.

“Pentas seni sengaja kita buat agar anak-anak maupun orang tua siswa dapat melepas kerinduan ke negara tercinta, Indonesia. Apalagi dengan kondisi susahnya mereka untuk bisa kembali ke Indonesia lagi” tambahnya mengakhiri. (rin/wil/ded)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini