Islam dan Kebebasan Beragama
dok/pri
UM Surabaya

Allah memberi hak penuh kebebasan kepada individu untuk memilih agama, termasuk tidak menganut agama apa pun.

Namun tidak memilih Islam sebagai agamanya, mendatangkan konsekuensi yang pasti, yakni mengkavling tempat terburuk di neraka.

 

Agama Petunjuk

Allah sebagai Maha Bijaksana telah memberi dua jalan dalam beragama sebagai pilihan.

Pertama, Islam disodorkan sebagai agama petunjuk yang akan mengantarkan kepada surga.

Kedua, non-Islam sebagai alternatif yang akan mengantarkan kepada neraka.

Tidak memilih Islam sebagai agama diakui keberadaannya, tetapi konsekuensinya tidak ada pilihan.

Artinya, orang yang tidak memilih Islam, maka sama saja memilih neraka sebagai tempat tujuan akhirnya.

Hal ini dinarasikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَقُلِ الْحَـقُّ مِنْ رَّبِّكُمْ ۗ فَمَنْ شَآءَ فَلْيُؤْمِنْ وَّمَنْ شَآءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ اِنَّاۤ اَعْتَدْنَا لِلظّٰلِمِيْنَ نَا رًا ۙ اَحَا طَ بِهِمْ سُرَا دِقُهَا ۗ وَاِ نْ يَّسْتَغِيْثُوْا يُغَا ثُوْا بِمَآءٍ كَا لْمُهْلِ يَشْوِى الْوُجُوْهَ ۗ بِئْسَ الشَّرَا بُ ۗ  وَسَآءَتْ مُرْتَفَقًا

“Dan katakanlah (Muhammad), “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; barang siapa menghendaki (beriman) hendaklah dia beriman, dan barang siapa menghendaki (kafir) biarlah dia kafir.”

Sesungguhnya Kami telah menyediakan neraka bagi orang zalim, yang gejolaknya mengepung mereka. Jika mereka meminta pertolongan (minum), mereka akan diberi air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan wajah. (Itulah) minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.” (QS. Al-Kahf: 29)

Menolak Islam dipandang sebagai kezaliman yang berkonsekuensi akan menempatkan diri di neraka, yang dikepung api, dan diberi minuman yang mendidih hingga menghanguskan wajah.

 

Jalan Surga

Memilih Islam dan ketundukan pada ajarannya berkonsekuensi kemuliaan di surga, dan sebaliknya memilih selain Islam dengan keingkarannya berimplikasi kehinaan di neraka.

Kaum liberal membebaskan orang untuk tidak memilih Islam didasarkan pada ayat Alquran berikut :

لَاۤ اِكْرَاهَ فِى الدِّيْنِ ۗ قَدْ تَّبَيَّنَ الرُّشْدُ مِنَ الْغَيِّ ۚ فَمَنْ يَّكْفُرْ بِا لطَّا غُوْتِ وَيُؤْمِنْ بِۢا للّٰهِ فَقَدِ اسْتَمْسَكَ بِا لْعُرْوَةِ الْوُثْقٰى لَا انْفِصَا مَ لَهَا ۗ وَا للّٰهُ سَمِيْعٌ عَلِيْمٌ

“Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang (teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah : 256)

Islam telah menggariskan jalan surga bagi yang beriman kepada Allah dan melepas Thaghut, sehingga tidak perlu diragukan tempatnya di surga.

Sementara memilih jalan selain Islam berarti meneguhkan dirinya sebagai pengikut Thaghut dengan menyisihkan Allah sebagai kekuatan tunggal.

Orang yang berpegang pada Thaghut umumnya menolak ayat-ayat Alquran dengan memilih jalan akal dan hawa nafsunya.

Memperturutkan akal dan hawa nafsunya merupakan cara beragama Kaum terdahulu, di mana ketika datang petunjuk berupa ayat-ayat Allah yang disampaikan rasulnya, mereka menolaknya.

Para rasul berupa mengingatkan kepada kaumnya untuk mengingat hari pertemuan guna mempertanggungjawabkan semua perbuatannya dunia.

Pada hari itu Allah akan membalas amal perbuatan baik dengan surga, dan membalas amal buruk dengan neraka.

Orang-orang kafir mengingkari hari pertemuan ini, sehingga menolak ayat-ayat Allah.

Hal ini ditegaskan Allah sebagaimana firman-Nya :

اُولٰٓئِكَ الَّذِيْنَ كَفَرُوْا بِاٰ يٰتِ رَبِّهِمْ وَلِقَآئِهٖ فَحَبِطَتْ اَعْمَا لُهُمْ فَلَا نُقِيْمُ لَهُمْ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ وَزْنًـا

“Mereka itu adalah orang yang mengingkari ayat-ayat Tuhan mereka dan (tidak percaya) terhadap pertemuan dengan-Nya. Maka sia-sia amal mereka, dan Kami tidak memberikan penimbangan terhadap (amal) mereka pada hari Kiamat.” (QS. Al-Kahf : 105)

Dengan demikian, kebebasan beragama dengan menolak Islam merupakan kezaliman. Karena menutup hati dari cahaya atau petunjuk yang datang.

Hal dinarasikan Allah sebagaimana firman-Nya :

وَمَنْ اَظْلَمُ مِمَّنْ ذُكِّرَ بِاٰ يٰتِ رَبِّهٖ فَاَ عْرَضَ عَنْهَا وَنَسِيَ مَا قَدَّمَتْ يَدٰهُ ۗ اِنَّا جَعَلْنَا عَلٰى قُلُوْبِهِمْ اَكِنَّةً اَنْ يَّفْقَهُوْهُ وَفِيْۤ اٰذَا نِهِمْ وَقْرًا ۗ وَاِ نْ تَدْعُهُمْ اِلَى الْهُدٰى فَلَنْ يَّهْتَدُوْۤا اِذًا اَبَدًا

“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, lalu dia berpaling darinya dan melupakan apa yang telah dikerjakan oleh kedua tangannya? Sungguh, Kami telah menjadikan hati mereka tertutup, (sehingga mereka tidak) memahaminya, dan (Kami letakkan pula) sumbatan di telinga mereka. Kendatipun engkau (Muhammad) menyeru mereka kepada petunjuk, niscaya mereka tidak akan mendapat petunjuk untuk selama-lamanya.” (QS. Al-Kahf: 57)

Orang yang mendeklarasikan penganut kebebasan beragama, senantiasa menolak petunjuk, dan mengedepankan akal serta kepentingan dirinya. (*)

Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini