Banyak umat Islam yang masih percaya dengan tathayyur (sial) terhadap peristiwa yang dilihatnya. Sementara Islam menolaknya, karena tathayyur berdasarkan prasangka.
Saya menerima WA dari seorang kolega yang isinya begini:
“Astagfirullah musibah apa lagi yang akan dihadapi umat Islam, tiba tiba saja jangkrik begitu banyak dalam Masjidil Haram di saat umat Islam melakukan ibadah. Terlebih lagi umat Islam dalam melaksanakan ibadah puasa. Perbanyaklah istighfar pada Allah agar musibah dijauhkan dari kita.”
Pesan penting dari WA ini bahwa fenomena jangkrik dikaitkan dengan musibah yang melanda umat Islam.
Apalagi fenomena ini terjadi di Masjidil Haram saat Ramadan. Tentu hal ini dikaitkan dengan tathayyur.
Hal ini mirip dengan umat-umat terdahulu din mana ketika keluar rumah melihat arah burung. Kalau burung terbang ke kiri sebagai tanda sial, sehingga menggagalkan pergi, karena khawatir datang bencana.
Kalau burung terbang ke arah kanan, dipercaya mendatangkan keberuntungan, sehingga bisa keluar rumah.
Tradisi Jahiliah
Datangnya Islam menghapus kesialan karena tidak menyandarkan kepada Allah. Hal ini berdasarkan pada hadis nabi yang berbunyi :
لا عدْوَى ، ولا طِيَرَةَ ، ولا هامَةَ ، ولا صفَرَ ، ولا غُولَ
Tidak ada penyakit menular, juga tidak ada tathayyur, tidak ada hama, tidak ada bulan shafar bulan yang sial.
Hadis di atas mengingkari keyakinan jahiliah yang mempercayai sial disebabkan oleh beberapa fenomena, di antaranya bulan Syawal, shafar, atau burung. Maka Islam meniadakan hal itu.
Kaum jahiliah berkeyakinan bahwa adanya hama dan penyakit menular tidak mengaitkan dengan takdir dan kehendak Allah.
Mengaitkan fenomena jangkrik yang di Masjidil Haram dengan adanya bencana, jelas tidak memiliki dasar yang kuat.
Adanya jangkrik ketika kaum muslimin sedang salat merupakan fenomena biasa saja.
Bisa jadi karena pembiakan jangkrik sedang banyak. Sehingga bisa lari kemana saja, termasuk ke Masjidil Haram.
Datangnya jangkrik tidak berarti sebagai azab atau peringatan Allah terhadap masyarakat Makkah-Madinah.
Buktinya, jamaah salat di dua masjid yang paling mulia itu tetap berjalan lancar.
Salat lima waktu dan tarawih tetap rame dan masyarakat tetap antusias memakmurkan kedua masjid tersebut. (*)
Masjidil Haram, 17 April 2023
Penulis: Dr. SLAMET MULIONO REDJOSARI, Wakil Ketua Manjelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur