Rahma Arofah harus menerima kenyataan pahit. Gadis asal Bojonegoro itu, kini hidup sendirian. Ini setelah kedua orang tuanya telah meninggal dunia. Ayahnya meninggal dunia pada tahun 2012. Kemudian ibunya berpulang, tahun 2023,
Sepeninggal kedua orang tuanya, kehidupan Rahma sungguh berasa berat. Pasalnya, dia harus mengatur kebutuhan hidup sendiri. Sementara keinginannya untuk bekerja berasa sulit lantaran statusnya sekarang masih sebagai pelajar.
“Sampai sekarang saya masih sekolah SMA Negeri 22 Surabaya,” cetus perempuan berwajah kalem itu, saat ditemui Mationo MA, Ketua Majelis Pembinaan Kesejahteraan Sosial (MPKS) Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wiyung, Ahad (25/2/2024).
Untuk mencukup kebutuhan sehari-hari, Rahma hanya mengandalkan sisa tabungan orang tuanya. Untuk makan, biaya kebutuhan sekolah, dan lain-lain. Lamat pasti pasti, uang tabungan itu pun terus tergerus.
“Sekarang tabungannya semakin menipis, ustad,” ucap dia dengan suara agak tertahan.
Mationo memperoleh informasi keberadaan Rahma dari Kantor Kecamatan Wiyung. Dikabarkan ada anak yatim piatu yang tinggal sendirian di Pondok Maritim Indah (PMI) Blok BB Nomor 24 Surabaya, pada 24 Februari 2024.
Saat bertemu Rahma, Mationo didampingi Nur Khamid SE anggota MPKS PCM Wiyung. Merada kemudian datang ke rumah Rahma.
Prihatin atas kekurangan Rahma, MPKS PCM Wiyung menawarkan uluran tangan. Rahmah diajak bergabung di Panti Asuhan Putri Aisyiyah PCM Wiyung.
“Nantinya semua kebutuhan sehari-hari dan biaya sekolah akan dicukupi,” ujar Mationo.
Tak hanya itu, kata Mationo, Panti Asuhan Putri Aisyiyah di panti banyak aktivitas yang bisa dilakukan. Rahmah juga akan senang karena bertemu kawan-kawan baru yang saling mendukung.
