Ada tiga pesan yang diharapkan muncul pada diri kaum muslimin dan bangsa Indonesia pasca Ramadan 1444 H.
Pertama, seluruh pendisiplinan diri melalui berbagai ibadah di bulan Ramadan diharapkan teraktualisasi dalam kehidupan nyata.
Kaum muslimin diharapkan menjadi insan yang bertakwa secara otentik, terutama saat membawa misi rahmatan lil ‘alamin.
Insan yang mutaqqin, yang bertakwa, harus menjadi manusia terbaik dalam jiwa, pikiran, dan tindakan.
Sebagai insan-insan yang uswah hasanah, menjadi teladan terbaik sekaligus juga menjadi insan yang selalu berbuat ihsan kepada sesama dan lingkungan.
Dan semua itu adalah manifestasi dari taqarub ilallah, mendekatkan diri kepada Allah yang melahirkan jiwa takwa yang otentik.
Dalam kehidupan kolektif, Idul Fitri juga diharapkan menjadi momen perekat ukhuwah serta usaha-usaha memajukan kehidupan, kemanusiaan, dan kemasyarakatan yang dilandasi oleh nilai-nilai agama sehingga nanti menjadi umat terbaik (khairu ummah).
Dengan Idul Fitri, harapkan kita kaum muslimin yang menjalankan puasa dengan seluruh rangkaian ibadah selama satu bulan lamanya menjadi insan-insan yang semakin bertakwa, yakni insan yang selalu menjalankan perintah Allah, menjauhi larangan-Nya dan membuahkan kesalehan bagi kehidupan keluarga, diri, masyarakat, bangsa dan kemanusiaan semesta.
Kedua, Idul Fitri sepatutnya menjadi momentum menguatkan keadaban bangsa Indonesia yang berbasis pada agama, Pancasila, dan kebudayaan luhur bangsa.
Lebih-lebih setelah berpuasa bagi kaum muslimin sebagai mayoritas di negeri ini, jadilah sinar penerang, jadilah pencerdas dan jadilah perekat kebersamaan hidup dalam kebhinnekaan.
Jika ada perbedaan dalam ber-Idul Fitri dan dalam kegiatan-kegiatan ibadah yang bersifat furu’iyah dan ikhtilaf, maka kedepankan tasamuh, saling toleran, menghargai dengan penuh kedewasaan.
Dengan Idul Fitri yang juga sudah menjadi tradisi dalam kehidupan bangsa kita, ada mudik, ada syawalan, ada silaturahmi, maka jadikan Idul Fitri sebagai kekuatan persatuan bangsa.
Indonesia hari ini dan ke depan dalam spirit Bhinneka Tunggal Ika dan kekuatan luhur agama harus menjadi bangsa yang bersatu, yang dengan persatuan kita akan menjadi bangsa yang kuat.
Dengan persatuan, kita kita menjadi bangsa yang berdaulat, dan dengan persatuan kita akan menjadi bangsa yang setara dengan bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang unggul.
Ketiga, Idul Fitri harus dijadikan kekuatan ruhaniah kolektif bagi kaum muslimin dan warga bangsa untuk membawa Indonesia menjadi Indonesia Berkemajuan dalam berbagai aspek kehidupan.
Kita diajari berbuat yang terbaik membangun bangsa dan jangan merusaknya.
Kita dituntut untuk menjadi bangsa yang ada di depan, maju di bidang ekonomi, sosial, politik, pendidikan, mengelola sumber daya alam, tapi dengan jiwa kekhalifahan yang penuh pertanggungjawaban.
Tidak hanya kepada manusia, tapi juga kepada Allah yang menciptakan manusia dan seluruh alam semesta untuk kita rawat dan kita bangun menjadi negeri yang aman dan berkah.
Jika seluruh kaum muslimin dan warga bangsa memiliki ketakwaan yang otentik pasca Ramadan, Indonesia menjadi negara yang penuh keberkahan, keamanan, dan diridai oleh Allah Swt.
Kita ingin Indonesia dilimpahi berkah dan rahmat Allah Swt karena seluruh penduduk negerinya, apa pun agamanya, golongannya, sukunya, rasnya, pilihan politiknya menjadikan agama sebagai panduan kehidupan yang membawa pada kesalehan, kebajikan, ketakwaan, keadaban dan menebar rahmat bagi semesta alam, bagi suasana hidup penuh persaudaraan di tengah perbedaan.
Semoga Idul Fitri tahun ini akan menjadi jalan panjang kita membawa umat dan bangsa ini pada berkah Allah Swt. (*)
(Disampaikan Ketua Umum PP Muhammadiyah Prof Haedar Nashir yang dirilis muhammadiyah.or.id)