Kader Muhammadiyah, K-Popers Sekaligus Gamers, Mengapa Tidak?
Irfan Amalee. foto: ist
UM Surabaya

Generasi Z dan milenial, yang semakin menggandrungi budaya K-Pop, telah mengubah lanskap budaya di Indonesia.

Grup-grup seperti BTS, Blackpink, NCT, dan Twice tidak hanya memikat dengan musik mereka, tetapi juga memperkenalkan budaya Korea secara lebih luas, dari makanan hingga cara berkomunikasi.

Menurut Kiai Milenial Irfan Amalee fenomena K-Pop bisa disamakan dengan gerakan budaya karena mempengaruhi pola pikir dan tingkah laku generasi milenial dan Z.

“Tak heran, banyak penggemar yang rela menggelontorkan uang untuk tiket konser idola mereka meskipun dengan harga yang tinggi,” katanya dalam Pengajian Ramadan 1445 H Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Jumat (15/3/2024).

Namun, yang menarik adalah bagaimana fenomena K-Pop ini telah bertransformasi menjadi gerakan sosial.

Irfan mencatat bahwa para penggemar K-Pop, yang dikenal sebagai K-Popers, tidak hanya fokus pada kesenangan semata, tetapi juga terlibat dalam kegiatan sosial seperti penggalangan dana untuk Palestina.

“Dalam waktu singkat, lebih dari satu miliar terkumpul sebagai bentuk dukungan,” ungkapnya.

Menurut Irfan, rahasia kesuksesan K-Popers terletak pada kekuatan storytelling. Mereka tidak hanya mengagumi idolanya, tetapi juga memahami cerita hidup di balik mereka.

Dengan memasuki ranah ini, Muhammadiyah bisa memanfaatkan budaya populer sebagai alat dakwah yang efektif, memperkenalkan nilai-nilai Islam berkemajuan kepada generasi muda.

Selain fenomena K-Pop, survei terbaru dari Deloitte mengungkapkan bahwa 40 persen dari Generasi Z dan Milenial lebih sering bersosialisasi melalui video game daripada di dunia nyata.

Video game, terutama mobile game, telah menjadi jaringan sosial baru bagi generasi ini, bahkan untuk Gen Alpha yang lebih muda. Kabarnya ISIS merekrut anggotanya salah satunya melalui game ini.

Irfan menuturkan, Muhammadiyah perlu menyadari pentingnya terlibat dalam ranah ini sebagai bagian dari strategi dakwah kultural.

Yang pertama-tama harus dilakukan adalah tidak menganggap negatif aktivitas bermain game.

Dengan demikian, Muhammadiyah dapat mendekati dan membangun hubungan dengan kalangan pecinta game, sehingga pesan-pesan dakwah Islam dapat disampaikan dengan lebih efektif kepada mereka.

Irfan menyarankan agar menggunakan platform game dan K-Pop sebagai media untuk menyebarkan pendidikan tentang nilai-nilai Islam.

“Buatlah konten edukatif yang menarik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari generasi muda. Ajak mereka untuk berdiskusi dan bertukar pendapat tentang isu-isu yang relevan dengan Muhammadiyah,” saran dia.

Generasi Z dan Milenial cenderung menyukai hal-hal yang sederhana dan mudah diikuti.

Oleh karena itu, penting untuk menjaga agar langkah-langkah dakwah Muhammadiyah tetap simpel, mudah dipahami, dan membangun cerita yang menarik.

“Dengan pendekatan ini, kita dapat menciptakan kesadaran bahwa menjadi penggemar K-Pop dan gamers sekaligus menjadi kader Muhammadiyah adalah hal yang mungkin dan relevan. Mengapa tidak?” ucap Irfan. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini