Perbedaan pendapat dan kesalahpahaman yang dipicu tingkatan sosial atau pemikiran sebenarnya dapat diatasi dengan adanya kolaborasi.
Pendapat itu disampaikan Prof. Dr. Joko Widodo, Badan Pembina Harian (BPH) Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) dalam Safari Ramadan UMM pada 21 Maret 2024 lalu.
Menurut dia, setiap generasi memiliki budaya dan cara bersosial yang berbeda. Namun, hal ini bukan malah menjadi ajang untuk saling menyalahkan dan membandingkan.
“Perbedaan ini dapat dijadikan sebuah momen untuk membentuk sikap dan budaya baru yang dinamakan kolaborasi. Ada yang bilang bahwa setiap generasi itu membawa zamannya sendiri-sendiri. Dengan adanya kolaborasi dan keteladanan, Insya Allah kita dapat bertransformasi ke arah yang lebih baik,” terang Joko.
Dia melanjutkan, setiap generasi memiliki tantangan model yang berbeda. Contohnya jika pada generasi junior atau gen Z saat ini banyak yang terbawa arus berlebihan, tidak hormat kedua orang tua, memiliki tingkat pengetahuan tinggi, dan mengikuti perkembangan teknologi.
Lain halnya dengan generasi senior yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai luhur namun kurang mengerti perkembangan teknologi. Artinya, bukan berarti salah satu generasi lebih unggul di antara lainnya, namun hal ini dapat digunakan sebagai ajang untuk menumbuhkan kultur baru.
Terkadang, risiko dalam berkolaborasi ialah karakter setiap orang yang bermacam-macam. Maka sikap saling mengenal bisa meminimalisasi gesekan antar orang.
“Ini menjadi kunci utama dalam membangun relasi. Untuk itu, generasi senior perlu mempersiapkan cara untuk menghadapi generasi muda sesuai zamannya,” katanya
“Jangan sampai cara yang digunakan itu dapat membelenggu generasi junior untuk mengembangkan potensinya. Sebagai contoh, terkadang orang tua yang protektif dan tidak memperbolehkan anak mengejar impiannya. Jika hal ini diteruskan maka yang ada anak tersebut menjadi tidak memiliki hak untuk mengambil keputusan dan hanya bergantung pada orang tuanya saja,” imbuh Joko.
Dia menambahkan, jangan sampai generasi senior mendidik anak muda dengan prinsip transaksional.
Maksudnya adalah dengan menerapkan prinsip perhitungan terhadap apa yang telah dilakukan. Sebagai contoh, ketika melakukan kebaikan, kita juga mengharapkan imbalan dari orang yang kita tolong tersebut.
Sementara itu, Rektor UMM Prof. Dr. Nazaruddin Malik menyampaikan bahwa Safari Ramadan diharapkan mampu memperkuat tali silaturahmi antar anggota sivitas UMM.
Menjalin silatrahmi demi mencetak generasi unggul berwawasan Islam kemuhammadiyahan.
Hal ini akan membawa transformasi UMM yang mengedepankan nilai-nilai keislaman juga teknologi untuk membentuk karakter generasi muda yang unggul.
“Terakhir, harapannya Safari Ramadhan ini dapat menjadi pegangan sivitas akademika UMM untuk melakukan transformasi sehingga mampu mencapai keberhasilan mengelola pendidikan perguruan tinggi,” pungkasnya. (tri/wil/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News