Agus Taufiqurrahman Ingatkan Tidak Ada Jaminan Kita Berjumpa Ramadan Lagi
Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman.
UM Surabaya

Menghadapi sepuluh hari terakhir Ramadan, Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Agus Taufiqurrahman memperkuat seruan untuk umat Islam melakukan refleksi mendalam. Dalam kultum ba’da zuhur di Kantor Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yogyakarta pada Senin (1/4/2024), Agus mengajak umat untuk mempertimbangkan bahwa Ramadan kali ini mungkin adalah yang terakhir bagi kita.

“Kita tidak ada jaminan Ramadan yang akan datang bisa berjumpa lagi,” ucap Agus, menekankan pentingnya mengambil hikmah dari setiap Ramadan yang kita jalani.

Dia menyoroti kenyataan bahwa kematian adalah kenyataan yang tidak terelakkan bagi semua makhluk hidup, termasuk manusia. Bahkan seseorang yang sedang sibuk dengan rutinitas sehari-hari, seperti bersepeda, bisa saja menghadapi ajal kapan saja dan di mana saja.Agus memperkuat pentingnya menghargai setiap momen yang diberikan Allah kepada umat Islam, terutama dalam menjalani ibadah puasa di bulan Ramadan.

Dalam menghadapi sepuluh hari terakhir, umat diajak untuk melakukan introspeksi dan meningkatkan kualitas ibadah, sambil menyadari bahwa setiap Ramadan bisa jadi adalah yang terakhir bagi mereka.

Agus juga menyoroti praktik Nabi Muhammad SAW pada sepuluh hari terakhir Ramadan yang ditandai dengan banyaknya amal ibadah dan sedikitnya waktu istirahat. Dengan mengambil teladan dari Nabi SAW, Agus mendorong umat Islam untuk mengoptimalkan waktu yang tersisa dalam Ramadan ini.

Dalam mengikuti jejak Nabi Muhammad SAW, mari kita manfaatkan sepuluh hari terakhir ini sebaik mungkin,” ucap Agus.

Dia menggarisbawahi pentingnya memperbanyak doa dan zikir, membaca dan memahami Al-Quran, memberikan bantuan kepada sesama, serta melaksanakan amal-amal saleh lainnya.

Menurut Agus, keberhasilan dalam Ramadan tercermin dari peningkatan dalam melakukan perbuatan baik dan terpuji. Contohnya adalah peningkatan dalam hal kejujuran dan tanggung jawab.

 Agus menjelaskan bahwa kejujuran yang tidak disertai dengan keteraturan bisa menimbulkan fitnah, sementara keteraturan tanpa kejujuran dapat menjadi dosa. Oleh karena itu, Agus menegaskan pentingnya untuk senantiasa berusaha menjadi jujur, karena itu merupakan tanda keberhasilan dari ibadah puasa yang dilakukan.

“Harus senang menjadi jujur karena itu tanda dari keberhasilan puasa kita,” ucap Agus. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini