Waspada Gejala DBD pada Anak, Ini Penjelasan Dosen FK UM Surabaya
foto: wikipedia
UM Surabaya

Hingga sekarang, Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit infeksi serius di Indonesia. Orang tua harus waspada terhadap penyakit DBD jika anak memunculkan gejala.

Indonesia yang merupakan negara tropis menjadi salah satu tempat yang disukai sebagai tempat tinggal nyamuk Aedes Aegypti.

Minimnya pengetahuan tentang gejala DBD pada anak mengakibatkan banyak kasus yang terlambat ditangani.

Gina Noor Djalilah, Pakar Kesehatan sekaligus dosen spesialis anak Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Muhammadiyah (UM) Surabaya, menjelaskan bahwa DBD sendiri terbagi menjadi tiga jenis, yakni demam dengue, demam berdarah dengue dan dengue shock syndrome

“Di beberapa kasus , gejala DBD pada anak jenis demam dengue seringkali diartikan sebagai gejala flu biasa atau infeksi yang disebabkan jenis virus lainnya,” tutur Gina, Senin (1/4/2024).

Dia lalu menjelaskan, beberapa gejala di antaranya setelah digigit nyamuk, anak dapat mengalami demam tinggi 3 sampai 14 hari, mual, muntah, sakit kepala, nyeri pada otot dan pegal linu di seluruh tubuh, muncul ruam kemerahan pada kulit dan pembengkakan pada kelenjar getah bening.

“Demam Berdarah Dengue (DBD) mengakibatkan dampak yang semakin parah dalam tubuh anak karena adanya perembesan plasma darah dengan gejala yang terlihat seperti bengkak, sesak, perut besar dan beberapa pendarahan spontan pada beberapa bagian tubuh,” urai Gina.

Gina juga menjelaskan, munculnya gejala DBD yang sudah parah tersebut karena keterlambatan penanganan sekaligus imunitas anak masih tidak kuat melawan paparan virus.

Anak dengan komorbit seperti obesitas meski telah mendapatkan penanganan medis. Gejala pada anak biasanya dimulai antara 24 sampai 48 jam atau panas hari keempat menjelang hari kelima.

“Setelah penurunan suhu tubuh mulai terjadi, beberapa gejala akan muncul seperti sakit perut atau perut terasa nyeri saat ditekan, perubahan suhu tubuh dari demam menjadi hipotermia, tangan dan kaki dingin dan pucat, muntah darah atau feses berdarah, mimisan, gusi berdarah tanpa sebab, trombosit dalam darah mengalami penurunan, kerja organ limpa mengalami kerusakan,” ujar Gina.

Dia juga menegaskan jika anak sudah pada tahap ini anak akan merasa lelah, gelisah, mudah tersinggung dan mudah marah. Akan ditemukan adanya bocoran plasma saat dilakukan pemeriksaan.

Lebih lanjut lagi, ia menjelaskan DBD pada anak yang paling berat adalah dengue shock syndrome karena merupakan jenis demam berdarah yang paling fatal.

Gejalanya berupa perdarahan yang terjadi secara tiba-tiba dan tidak berhenti pada area tubuh mana saja termasuk gusi, hidung, mulut dan feses, tekanan darah menurun drastis, denyut nadi melemah, kebocoran pada bagian pembuluh darah, produksi air kecil sangat menurun atau bahkan tidak ada, terdapat kegagalan pada fungsi organ bagian dalam hingga jumlah trombosit mengalami penurunan kurang dari 100.000 per milimeter kubik.

“Gejala demam berdarah jenis ini sangat fatal apabila tidak segera mendapatkan penanganan. DBD sendiri telah memakan banyak korban jiwa dan sebagian besar yang harus kehilangan nyawa adalah mereka usia anak-anak,” jabar Gina.

Dia berpesan kepada orang tua agar lebih waspada dan mengetahui gejala DBD pada anak dengan menguatkan imun tubuh anak dengan mencukupi kebutuhan cairan anak dengan memberikan makanan-makanan bergizi dan memberikan anak vitamin. (ded)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini