Majelis Ulama Indonesia Kabupaten Nganjuk dan sejumlah pimpinan organisasi masyarakat angkat suara mensikapi viralnya Jamaah masjid Aolia Gunung Kidul Joyakarta yang mengaku mampu menelphon Allah SWT untuk penentuan hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1445 H.
Ketua Majelis Ulama Indonesia KH. Ali berpesan agar tokoh masyarakat bijak menyampaikan statemen keagamaan di ranah publik, mengingat hal tersebut sangat sensitif.
Lebih lanjut, Ia mewanti-wanti agar masyarakat berhati-hati berbicara yang menyangkut simbol-simbol agama dan ketentuan syariat Islam yang sudah jelas aturan.
“Semua agar berhati-hatilah berbicara jika menyangkut ketentuan syariat Islam, jangan untuk main-main,” ungkapnya dalam Rapat Kerja Pimpinan MUI Kabupaten Nganjuk di Aula Kemenag Nganjuk, (Sabtu 06/03/2024).
Lebih lanjut ia mengajak semua tokoh masyarakat bersatu padu menjaga kerukunan umat menjaga kekhusyukan ibadah dengan tidak membuat statemen yang aneh aneh.
“Mari kita jaga kekhusyukan Ramadan dengan saling mengingatkan, apalagi di media sosial janganlah membawa-bawa agama untuk sekedar konten,” lanjutnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Tankila Grompol Prambon ini juga menyorot sejumlah kreator yang viral karena isi kontroversi menyangkut syariat agama. Seperti Gus Samsudin yang bermasalah dengan hukum karena membuat konten yang membolehkan tukar pasangan.
Berikutnya juga terkait viralnya isu praktik kawin dengan (Binatang) kambing di Banyuwangi.
Ketua PD Muhammadiyah Kabupaten Nganjuk Ustadz Juwari juga turut bersuara. Menurutnya semua kelompok masyarakat harus saling menguatkan bergandengan tangan, jika ada isu-Isu yang sensitif bisa segera diantisipasi.
“Kuncinya saya kira membangunkan komunikasi dan silaturahim antar tokoh masyarakat dan pimpinan Ormas agar segala hal bisa di cari solusinya bersama,” ungkapnya.
Senada, Sekretaris PC Nahdlatil Ulama Kabupaten Nganjuk, DR. Ali Anwar angkat bicara. Menurut dosen salah satu Kampus di Nganjuk itu, tokohmasyarakat harus cermat bicara dalam persoalan syariat agama. Hendaknya menjadikan syariat Islam sebagai sumber dalam berbagai persoalannya masyarakat, sehingga tidak menafsirkan berdasarkan opini pribadi.
“Syariat Islam itu patokan yang paling normal jika menyangkut persoalan ibadah mahdoh, selebihnya jika memiliki keterbatasan ilmu tidak harus bisa menahan diri,” jelasnya.
Diketahui, Mbah Benu dari Masjid Aolia sedang mmenjadibuah bibir di jagat media.
Ia mengaku mendaptkan petunjuk langsung dari Sang Pencipta dan telah mendapatkan Isyarat untuk menggelar Sholat Idul Fitri 1 Syawal 1445 H pada tanggal 05 Maret 2024.
Mayoritas organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah, NU dan Pemerintah berpotensi besar akan menggelar shalat Idul Fitri pada 10 Maret 2024 sambil menunggu hasil sidang Isbat. (m.roissudin)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News