*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Allah sebagai Pencipta dan Pemelihara alam semesta menginginkan ketaatan pada semua hasil ciptaan-Nya.
Ketaatan itu tercapai bilamana semua makhluknya tunduk dan patuh pada aturan-Nya. Dalam perjalanan sejarah, hanya manusia yang banyak melanggar aturan dan bahkan ingin mengganti-Nya.
Al-Qur’an menarasikan bahwa penolakan aturan itu berakar dari peran hawa nafsu yang dominan dalam diri manusia.
Hawa nafsu ingin keluar dari aturan, dan bahkan ingin melindasnya. Hal inilah yang menjadi akar kerusakan dan ketidakseimbangan di muka bumi ini.
Menolak Kebenaran
Kedatangan nabi dan rasul merupakan upaya untuk mengingatkan manusia untuk memakmurkan bumi dengan aturan yang ditetapkan Sang Pencipta.
Nabi dan rasul menyentuh batin manusia untuk tunduk dan patuh pada aturan Allah. Alih-alih mengikuti aturan, mereka justru menginginkan aturan lain.
Mereka merasa sebagai manusia memiliki kemandirian untuk mengatur alam semesta ini, tanpa harus diatur oleh nilai yang bertentangan dengan keinginannya.
Oleh karenanya, ketika datang nabi dan rasul mengingatkan manusia, yang berposisi sebagai wakil Allah di bumi, untuk bertindak dengan panduan moral dari Allah.
Kemampuan nalarnya didorong untuk mempertimbangkan baik-buruknya dalam mengambil keputusan.