Program ICT Umsida, Ini Syarat dan Manfaatnya
foto: umsida
UM Surabaya

Bisa kuliah di luar negeri merupakan impian, namun tak semua mahasiswa bisa mendapatkannya.

Program International Credit Transfer (ICT) dari prodi Ilmu Komunikasi (Ikom) Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) bisa jadi alternatif. Program ini dibuka pada akhir 2023 lalu.

Banyak manfaat daru program ICT Umsida ini, ada banyak manfaat yang bisa didapatkan mahasiswa.

Dekan Fakultas Bisnis Hukum dan Ilmu Sosial (FBHIS) Poppy Febriana, M. Med. Kom menjelaskan beberapa manfaat tersebut.

Pertama, mahasiswa bisa memperluas relasi mereka bahkan hingga ke taraf internasional. Lalu, mahasiswa juga bisa mempelajari budaya negara lain.

“Dan dari pengabdian masyarakat ini, mahasiswa bisa menjadikannya sebagai tugas akhir pengganti skripsi. Jadi mereka di sana tak hanya kuliah saja, pulang dari sana mereka bisa lulus. Program ICT ini juga dikonversikan dengan mata kuliah yang ada di Umsida selama satu semester,” lanjut Poppy.

Untuk mengikuti program ICT, terang dia Ikom sendiri melihat kesiapan mahasiswa secara keilmuannya. Mulai semester 3, mahasiswa sudah diperbolehkan untuk mengikuti ICT.

“Tapi kita punya kepentingan supaya mahasiswa ke sana tak hanya untuk pertukaran, tapi juga sembari mengerjakan TA. Memang aturan resmi pemerintah mulai semester 3, namun dengan mempertimbangkan TA tadi, kita usahakan minimal semester 5, jadi pulang sudah bebas TA,” imbuh Poppy.

Tak hanya dari jurnal selama mereka di sana saja. Mahasiswa juga bisa memanfaatkan kegiatan pengmas di PCIM yang bisa di-HKI-kan. Atau juga jika ada konferensi yang terindeks ISSN, mereka juga bisa mengikuti kegiatan tersebut.

“Kita juga melakukan seleksi peserta berdasarkan IPK (>3,5), motivasi, wawancara (in English), pengalaman yang telah tertulis di CV. Kita tidak ingin mengirim mahasiswa yang asal saja, karena standar di sana juga cukup tinggi. Proses penyamaan konversi mata kuliah saja memakan waktu satu tahun. Jadi tidak sembarangan” jelas Poppy.

Mengetahui banyaknya benefit yang akan didapatkan mahasiswa melalui program ini, Poppy mengajak para mahasiswa untuk berpartisipasi dalam program internasional.

Walau sepengalamannya ia banyak menemui mahasiswa yang takut, tapi ia menyarankan untuk membiasakan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris walau mereka sebenarnya paham jika bahasa ibu kita bukan bahasa Inggris. Seperti di Universitas Tunku Abdul Rahman (UTAR) Malaysia.

“Tidak usah khawatir, pihak UTAR telah menjelaskan dari hal yang remeh hingga yang paling penting ketika mahasiswa akan berangkat ke Malaysia. Entah dari cara menggunakan transportasi umum, toko makanan halal, hingga cara mengerjakan ujian, mereka telah membimbing para mahasiswa ini,” jelasnya.

Jadi tidak perlu khawatir. Ikom cukup selektif dalam memilih university partner karena sebenarnya banyak kampus yang telah mengajukan kerja sama.

Tapi hal tersebut harus diseleksi terlebih dahulu mana yang benar-benar mengajak kerja sama dan bisa membimbing mahasiswa dengan pemahaman yang mudah dimengerti, mulai administrasi hingga kehidupan di negara tujuan.

Dia lantas menegaskan, program ini terus berlanjut dan resiprokal. Jadi tidak hanya kita mengirim, tapi Umsida juga akan menerima mahasiswa dari UTAR untuk berkuliah di sini.

“Jangan ragu untuk daftar jika ada tawaran program ini. Banyak hal yang tidak bisa dihitung dengan uang saat kita mencari ilmu terutama ke luar negeri. Seperti pengalaman sharing dan mempelajari budaya orang lain, toleransi, itu mahal dan tidak bisa didapat hanya dengan puas di tempurung,” jelasnya. (romadhona s)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini