Dalam konsepsi Kalender Hijriyah Global Tunggal (KHGT) terdapat prinsip-prinsip yang mesti terpenuhi. Menjembatani perbedaan dan menyatukan umat Islam dalam aspek penjadwalan waktu, Arwin Juli Rakhmadi Butar-Butar mengatakan bahwa KHGT mendasarkan dirinya pada lima prinsip yang saling terkait dan melengkapi.
Kepala Observatorium Ilmu Falak Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (OIF UMSU) menyampaikan materinta dalam Seminar Nasional: Sosialisasi Kalender Hijriyah Global Tunggal di Universitas Muhammadiyah Bandung pada Sabtu (11/05/2024)
Pertama-tama, prinsip keselarasan hari dan tanggal di seluruh dunia menjadi landasan utama. Dengan memastikan setiap hari memiliki satu tanggal di seluruh dunia, KHGT bertujuan menghindari perbedaan dalam menetapkan momen-momen ibadah penting seperti Ramadan dan Syawal.
Baca juga: Muhammadiyah Mengakomodir Kalender Hijriyah Global Tunggal, Berikut Ini Landasannya
Hal ini merespons perbedaan penentuan hari-hari ibadah yang dapat berlangsung hingga berhari-hari, yang tentunya tidak ideal mengingat pentingnya waktu dalam ajaran Islam.
Kedua, penggunaan hisab menjadi prinsip yang tak terhindarkan dalam merumuskan KHGT. Sebagai sebuah kalender global, KHGT haruslah dapat direncanakan jauh ke depan dan merekonstruksi tanggal-tanggal masa lalu. Hisab memberikan kepastian yang diperlukan dalam perencanaan aktivitas manusia, berbeda dengan rukyat yang hanya memberikan hasil secara sesaat setelah pelaksanaannya. Prinsip ini menegaskan keberadaan hisab sebagai lebih pasti dibandingkan rukyat dalam menetapkan kalender.
Prinsip ketiga, kesatuan matlak global, mengakui bahwa penentuan hari dan tanggal haruslah bersifat universal, tidak terikat pada kawasan tertentu. Ketika hilal telah terlihat secara definitif di suatu tempat, hal itu berlaku bagi seluruh penjuru bumi. Pandangan ini menegaskan kesatuan dalam penggunaan kalender, mengingat keterbatasan keterlihatan hilal saat pertama kali terlihat di suatu tempat.
Keempat, transfer imkan rukyat menjadi prinsip yang penting dalam menjaga konsistensi KHGT di seluruh dunia. Metode ini memungkinkan hasil rukyat atau imkan rukyat di suatu tempat dipindahkan ke tempat lain yang belum mengalami rukyat. Dengan demikian, keputusan tentang masuknya awal bulan hijriah tidak dipengaruhi oleh lokasi geografis, melainkan tetap berdasarkan prinsip kesatuan global.
Terakhir, prinsip permulaan hari dalam KHGT mengacu pada kesepakatan internasional tentang waktu, yaitu dimulai dan berakhir pada saat tengah malam di garis bujur 180 derajat. Berbeda dengan prinsip yang selama ini dipraktikkan umat Islam, prinsip ini dipilih karena kestabilan dan kepastiannya, serta kemampuannya untuk mengatasi kendala yang timbul dari perubahan lokasi dan waktu terbenam matahari.
Dengan mengikuti prinsip-prinsip ini, Kalender Hijriyah Global Tunggal berusaha merajut keselarasan waktu umat Islam di seluruh dunia, mengatasi perbedaan dan kesulitan yang mungkin timbul, serta memberikan kepastian dalam perencanaan aktivitas sehari-hari. (*/tim)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News