Melawan Jalan Profetik dan Hancurnya Peradaban
Ilustrasi foto: unsplash
UM Surabaya

Banyaknya jalan menyimpang yang dilalui manusia membuat Allah mengutus rasul. Jalan yang ditunjukkan rasul merupakan satu-satunya jalan yang akan menyelamatkan dan memuliakan manusia dalam hidup abadi di surga.

Betapa banyak manusia yang mencari jalan untuk membangun peradaban dengan mengagungkan Tuhan, tetapi justru menghinakan-Nya.

Hal inilah yang membuat peradaban hancur dan mengakhiri hidupnya dalam kesengsaraan dan kehinaan selama-lamanya.

 

Jalan Profetik

Rasul diutus Allah untuk menunjukkan jalan tunggal menuju Allah. Namun kebanyakan manusia tergoda untuk menciptakan jalan sendiri yang menurutnya lebih bagus.

Terlebih lagi setan ikut menghiasi jalan-jalan gelap-sesat sebagai jalan menuju cahaya-lurus.

Jalan yang seolah-olah mengantarkan kepada surga semakin banyak dianut oleh manusia. Dalam konteks inilah rasul dihadirkan untuk mengembalikan ke jalan yang benar-benar lurus dan menyelamatkan dari jalan menyimpang.

Jalan yang ditunjukkan rasul memastikan bahwa Allah merupakan dzat yang benar-benar tunggal. Hal ini dinarasikan Alquran sebagaimana firman-Nya :

قُلْ هٰذِهٖ سَبِيْلِيْۤ اَدْعُوْۤا اِلَى اللّٰهِ ۗ عَلٰى بَصِيْرَةٍ اَنَاۡ وَمَنِ اتَّبَعَنِيْ ۗ وَسُبْحٰنَ اللّٰهِ وَمَاۤ اَنَاۡ مِنَ الْمُشْرِكِيْنَ

“Katakanlah (Muhammad), “Inilah jalanku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan yakin, Maha Suci Allah, dan aku tidak termasuk orang-orang musyrik.” (QS. Yusuf: 108)

Nabi Muhammad mengajak kaum Quraisy untuk mengikuti jalan tauhid ini. Namun mereka justru mempertahankan jalannya, dan melawan jalan yang ditunjukkan Nabi.

Mereka tetap kokoh dengan memberhalakan banyak patung yang seharusnya mereka buang dan tinggalkan.

Karena berhala itu tidak bisa mendatangkan memanfaatkan bagi dirinya.
Muhammad mengajak mereka meninggalkan berhala, dan mereka spontan mereka menolak dengan berbagai alasan.

Alasan itu sengaja dicari-cari untuk menolak jalan yang dibawa Nabi Muhammad.

Abu Jahal merupakan tokoh terkemuka dalam menolak ajaran tauhid. Dia menjelma menjadi Fir’aun yang menolak apa pun yang disampaikan Nabi Muhammad, dan terus memprovokasi pemuka Quraisy untuk mempertahankan penyembahan terhadap berhala.

 

Kehancuran Kontra Profetik

Alquran secara bijak mengajak kita untuk mengevaluasi diri dengan melihat akhir berbagai peradaban yang bertentangan dengan petunjuk rasul.

Abu Jahal dan para pemuka Quraisy benar-benar mati terhina dalam perang Badar karena tetap bertahan terhadap penyembahan berhala.

Pendustaan terhadap rasul memang tidak serta merta mendatangkan kehancuran secara langsung tetapi hancur secara bertahap dan perlahan.

Dikatakan bertahap karena ketika menentang petunjuk rasul, bisa jadi peradabannya terlihat kokoh, kuat, dan menghegemoni masyarakat lain dan bahkan menjadi rujukan masyarakat luas. Namun peradaban mereka sebenarnya rapuh dan dalam jangka panjang justru menjadi ratapan dan kehancuran kolektif.

Negara yang tidak dibangun dengan nilai-nilai profetik umumnya menjual kebebasan dan menjadikan manusia sebagai basis sumber segala pemikiran dan tindakan.

Hal inilah yang mengabaikan nilai-nilai profetik. Pembebasan peredaran minuman keras, berbisnis melalui perjudian, perzinahan hingga kawin sesama jenis mereka lalui dengan bangga.

Allah mengajak kepada kita untuk mengamati akhir peradaban yang berakhir sangat tragis. Alquran menarasikan hal itu sebagaimana firman-Nya :

وَمَاۤ اَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ اِلَّا رِجَا لًا نُّوْحِيْۤ اِلَيْهِمْ مِّنْ اَهْلِ الْقُرٰى ۗ اَفَلَمْ يَسِيْرُوْا فِى الْاَ رْضِ فَيَنْظُرُوْا كَيْفَ كَا نَ عَا قِبَةُ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۗ وَلَدَا رُ الْاٰ خِرَةِ خَيْرٌ لِّـلَّذِيْنَ اتَّقَوْا ۗ اَفَلَا تَعْقِلُوْنَ

“Dan Kami tidak mengutus sebelummu (Muhammad), melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Tidakkah mereka bepergian di bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan Rasul). Dan sungguh, negeri akhirat itu lebih baik bagi orang yang bertakwa. Tidakkah kamu mengerti?” (QS. Yusuf: 109)

Mengikuti petunjuk rasul bukanlah mudah tetapi menghadapi tantangan yang besar, sepertinya cemoohan, cacian, pengusiran dan bahkan pembunuhan.

Inilah jalan tauhid yang sangat terjal namun berakhir dengan kemuliaan dan keselamatan. (*)

*) Dr. Slamet Muliono Redjosari, Wakil Ketua Majelis Tabligh Muhammadiyah Jawa Timur

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini