*) Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Al-Qur’an memberi contoh Nabi Yusuf sebagai sosok negarawan yang memiliki keagungan tinggi. Dia memiliki pengetahuan yang luas dan menjaga amanah.
Dua karakter ini membuat negeri Mesir sejahtera dan memberi kesejahteraan negara lain.
Ketidakadilan sosial yang merata di suatu negara sangat jelas berakar pada ketiadaan dua karakter pada elite negeri. Hancurnya suatu negeri karena elite tak amanah dan berpengetahuan rendah.
Etika Elite
Ketika elite memberi teladan dalam pengagungan terhadap etika, maka bukan hanya masyarakatnya yang akan merasakan dampak positifnya tetapi negeri lain akan merasakannya.
Sebaliknya ketika elite memiliki etika buruk, maka otomatis muncul berbagai praktik ketidakadilan dan kezaliman.
Nabi Yusuf pantas dijadikan contoh elite negara yang memiliki etika-moral tinggi. Dia menjunjung etika diri dan etika sosial. Sebagai pejabat negara memiliki akhlak yang agung yakin amanah. Amanah karena memiliki modal kejujuran yang teruji.
Kejujurannya sudah terbukti ketika menolak ajakan berbuat nista dengan istri majikannya. Istrinya yang mengajak berzina tapi Nabi menolaknya. Berzina dengan majikannya berarti tidak memegang amanah atas hak milik majikannya.
Dengan kejujuran ini akan menjadikan jabatannya semakin kuat dan kokoh. Al-Qur’an mengabadikan kejujuran nabi Yusuf semakin kuat pengetahuannya.
Keluasan pengetahuannya sehingga menjadikan dirinya dipercaya sebagai elite penting di negeri Mesir. Pengaruh kuat sifat amanah dan pengetahuan luas ini membuat negeri yang dipimpinnya mengatasi kemiskinan negara lain.
Dengan kata lain, pengetahuan dan amanah inilah kunci terwujudnya kesejahteraan sosial. Hal ini sebagaimana firman-Nya :
قَا لَ اجْعَلْنِيْ عَلٰى خَزَآئِنِ الْاَ رْضِ ۚ اِنِّيْ حَفِيْظٌ عَلِيْمٌ
“Dia (Yusuf) berkata, “Jadikanlah aku bendaharawan negeri (Mesir); karena sesungguhnya aku adalah orang yang pandai menjaga, dan berpengetahuan.” (QS. Yusuf : 55)
