Meraih Hidayah di Setiap Waktu
foto: chris whiteoak/the national
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Rahmat Allah Subhanahu Wa Ta’ala sungguh tak terbilang. Dia jadikan waktu dan musim yang penuh fadhilah, penuh hidayah, penuh rahmat bagi siapa yang mau mencarinya.

Antara waktu salat dengan salat lainnya merupakan kesempatan penghapusan dosa. Begitulah tiap harinya. Sepertiga malam terakhir merupakan puncaknya.

Dalam bilangan minggu, Allah jadikan hari Jum’at sebagai hari yang mulia, terkhususnya ada satu saat yakni ba’da ashar hingga jelang maghrib, di mana doa tidak tertolak pada hari tersebut.

Dalam bilangan bulan dan tahun, Allah jadikan satu bulan yang fadhilah-nya tiada ditemui pada bulan yang lain. Begitulah pada tiap tahunnya.

“…Wahai hamba- hamba-Ku, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu…”

Potongan hadis Qudsy riwayat Muslim di atas ini mengajak kita untuk senantiasa memohon hidayah kepada Allah.

Ia mengingatkan kepada kita tentang sebuah hakikat manusia, bahwa manusia hakikatnya yaitu tersesat kecuali siapa yang Allah kehendaki.

Berdoa dan memohon hidayah dan keteguhan selalu kepada Allah mutlak diperlukan. Betapa mahal sebuah hidayah.

Bagaimana tidak mahal, ia hanya akan datang pada orang-orang yang Allah kehendaki karena hikmah-Nya bahwa memang orang tersebut benar-benar menginginkan hingga semua usaha telah ia coba, usaha untuk mendapatkan sebuah hidayah yang teramat mahal.

Tetapi bagi mereka yang tiada mencoba meraihnya, tentu termasuk dalam golongan “dan Allah menyesatkan bagi siapa saja yang Dia kehendaki”.

Sungguh benar Firman Allah dalam surat Al Ankabut: 69:

“Dan orang-orang yang bersungguh berupaya di jalan-Ku, niscaya Aku tunjuki jalannya”.

Apakah tanggung jawab kita terhadap hidayah ini? Akankah kita jaga selalu dan menyiraminya dengan doa dan amalan saleh sebagaimana Rasulallah yang selalu mengajari kita untuk berdoa memohon hidayah kepada Allah.

Bukankah dalam tiap saat fardu dengan jumlah 17 rakaat setiap hari kita mengucapkan “Ihdinas shiraatal Mustaqiim”, sebuah doa dan permohonan yang berarti, “Tunjuki kami ke jalan yang lurus”, doa yang diucapkan oleh seorang muslim sebanyak 17 kali minimal dalam tiap harinya.

Belum lagi jika ditambah rakaat sunah yang lain, tentunya akan menjadi lebih dari 17 kali kita memohon sebuah hidayah dalam kehidupan kita.

Teguhkanlah kami padanya, yaitu pada jalan yang lurus, ialah agama Allah, ialah Al-Qur’an dan sunah, ialah Islam, Iman dan ketakwaan.

Doa yang termaktub dalam surat Ali Imran: 8, juga tak kalah pentingnya untuk “Ya Tuhan kami, janganlah Kau condongkan hati kami setelah Kau beri hidayah, dan karuniakan rahmat kepada kami dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi”.

Rasul pun mengajari kita dengan doa yang lain; “Allahumma innii as’alukal hudaa wat tuqaa wal afaafa wal ghina”, “ya Allah aku memohon-Mu hidayah, ketakwaan, kemuliaan dan berkecukupan.”

Begitulah Rasul yang telah dijamin surga oleh Allah, orang yang paling bertakwa ini selalu mengucapkan doa tersebut, hingga nyata bagi kita untuk mentauladaninya.

Insya Allah kita semua dapat meraih hidayah-Nya dan menjaganya hingga ajal menjemput. Wallahu a’lam bis shawab.

Insya Allah bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini