Prof Bambang Menjawab Mengapa Dunia Islam Tertinggal di Era Modern
Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Bambang Setiaji.
UM Surabaya

Tidak ada bangsa maju tanpa ilmu pengetahuan, dan tidak ada ilmu pengetahuan tanpa filsafat sebab semua ilmu pengetahuan itu berinduk pada filsafat.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Majelis Diktilitbang Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Prof. Bambang Setiaji pada (3/6/2024) dalam Sekolah Filsafat Islam Musa Asy’arie Batch 6 secara daring.

Ketertinggalan dunia Islam pada era modern, kata Prof. Bambang, disebabkan karena tidak membawa ilmu pengetahuan atau filsafat pada industri. Industri yang dibangun lebih pada sektor primer bukan sekunder.

Prof. Bambang menjelaskan, industri di sektor primer ini seperti pertambangan. Padahal sebuah negara yang maju itu mayoritas berbisnis di sektor industri sekunder atau manufacturing yang berbasis ilmu pengetahuan, teknologi yang memerlukan riset.

Dari industri sektor primer, dunia Islam langsung meloncat ke bisnis industri di sektor tersier yaitu sektor jasa-jasa. Dunia Islam tidak melewati industrialisasi penerapan ilmu pengetahuan dan riset untuk manufakturing.

“Kita merindukan laptop dunia Islam, HP dunia Islam, mobilnya loncat mobil listrik. Mana itu dunia Islam kok tidak ada?, sehingga kita ini menjadi inferior. Jika dirunut ujungnya adalah dari filsafat,” ungkap Prof. Bambang.

Dalam dunia Islam, lanjutnya, sebenarnya filsafat sudah berkontribusi, akan tetapi disayangkan sebab filsafat di dunia Islam tidak turun ke ilmu pengetahuan – ilmu pengetahuan punya anak riset untuk mengembangkan industri.

“Filsafat di dunia Islam tidak turun, tapi stop atau malah kemudian berbalik lagi. Berbalik ke atas lagi sehingga dialektikanya itu hanya filsafat-filsafatan, naik terus tidak turun-turun,” ungkapnya.

Kenyataan itu menimbulkan berhentinya inovasi dan kreasi yang lahir dari filsafat – ilmu pengetahuan di tahap kedua, yaitu sektor manufakturing yang berbasis pada saintech sebagaimana yang diterapkan di Cina, Jepang, Korea Selatan, dan seterusnya.

Merespon kenyataan itu, dia mendorong adanya kolaborasi yang dilakukan oleh dunia Islam dalam melakukan riset yang menghasilkan manfaat pada kehidupan umat manusia, khususnya di sektor manufakturing. (*/tim)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini