Dua Keadaan yang Membuat Pintu Tobat Tertutup
UM Surabaya

وَمَن تَابَ وَعَمِلَ صَالِحاً فَإِنَّهُ يَتُوبُ إِلَى اللَّهِ مَتَاباً

“Dan orang-orang yang bertobat dan mengerjakan amal saleh, maka sesungguhnya dia bertobat kepada Allah dengan tobat yang sebenar-benarnya.” (QS: Al-Furqan, 25: 71)

Sebanyak apa pun dosa yang telah dilakukan, bila manusia kembali kepada jalan Allah maka Allah SWT akan menerima tobatnya.

Bahkan, terhadap orang yang kafir sekalipun, bila ia memeluk agama Islam, Allah akan mengampuni segala dosanya.

Pintu tobat senantiasa terbuka. Dan, Allah SWT akan senantiasa menanti kedatangan hamba-Nya yang akan bertobat.

Namun demikian, tidak selamanya pintu tobat terbuka. Ada saatnya pintu tersebut tertutup rapat, terutama pada dua keadaan.

Pertama, ketika nyawa manusia sudah berada di tenggorokan.

وعن أبي عبد الرحمان عبد الله بنِ عمَرَ بنِ الخطابِ رضيَ اللهُ عنهما ، عن النَّبي – صلى الله عليه وسلم -، قَالَ : (( إِنَّ الله – عز وجل – يَقْبَلُ تَوبَةَ العَبْدِ مَا لَمْ يُغَرْغِرْ رواه الترمذي، وَقالَ : حديث حسن

“Dari Abu Abdir Rokhman Abdullah bin Umar bin Khothob Rodhiyallahu ‘anhumaa dari Nabi Sholallahu ‘alaihi wa salaam Beliau bersabda:

“Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla akan menerima tobat seorang hamba, selama nyawanya belum sampai kerongkongan” (HR. Tirmidzi, 18 dihasankan oleh Imam Tirmidzi sendiri dan dihasankan juga oleh Imam Al Albani).

Kedua, ketika matahari terbit dari tempat terbenamnya.

وعن أبي هُريرةَ – رضي الله عنه – ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللهِ – صلى الله عليه وسلم – : (( مَنْ تَابَ قَبْلَ أنْ تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِها تَابَ اللهُ عَلَيهِ )) رواه مسلم .

“Dari Abu Huroiroh rodhiyallahu anhu beliau berkata, Rasulullah sholallahu alaihi wa salam bersabda : “Barang siapa yang bertobat sebelum Matahari terbit dari sebelah barat, pasti Allah akan terima taubatnya” (HR. Muslim 17).

‎من لعب بعمره ضيع أيام حرثه، ومن ضيع أيام حرثه ندم أيام حصاده.

“Siapa yang bermain-main dengan umurnya maka dia akan mensia-siakan hari-hari yang seharusnya dia gunakan untuk menanam (beramal soleh). Dan siapa yang mensia-siakan hari-hari untuk menanam, maka dia akan menyesal pada hari-hari menuai (akhirat).”

إذا حَـضَرَ الـمَوْت فَـإنّ الـتَّوبة لا تُقبَـل، وأنـا أسْـألُ كُـلَّ إنْسَـانٍ : هـَل يَعْـلَمُ متى يَحْضـُرهُ الـمَـوْت ؟

“Apabila maut menjemput maka taubat seseorang tidak akan diterima oleh Allah Azza wa Jalla. Aku hendak bertanya kepada semuanya, “tahukah kalian kapan maut akan menjemput?”

لا يعـلم، إذاً لا بـدّ من الـمبادرة بالـتوبة، لأنـك لا تـدري في أيّ وقـت يحضُـرك الـموت، فـمن الناس من نام على فراشـه في صحـةٍ وعـافية ثم حمـل من فراشـه إلى سـرير الـتغسيل، ومن الـناس من جلس على كرسي الـعمل يعمـل ثم حُمِـل من كرسي الـعمل إلى سـرير الـتغسيل، كـل هـذا واقـعٌ وأمْثـال هـذه الـمفاجـأة كثيـر، فـإذاً ..، يجـب أن نُبـادر بالـتوبـة، نسـأل الله أن يُعيننـا وإيـّاكم على ذلك، بـادروا بالـتوبة، قبـل أن تغـلق الأبـواب

“Jawabannya: tidak ada yang tahu. Kalau begitu wajib untuk segera bertobat kepada Allah Azza wa Jalla, karena kamu tak tahu kapan maut akan menjemputmu.

Karena ada di antara manusia yang dia tidur dalam keadaan sehat wal afiat kemudian dia dipindahkan menuju tempat pemandian mayat.

Ada juga seseorang yang dia sedang duduk bekerja kemudian tiba-tiba dia dipindahkan menuju tempat pemandian mayat. Dan kejadian-kejadian mengejutkan semacam ini banyak terjadi.

Oleh karena itu, wajib bagi kita untuk bersegera melakukan tobat kepada Allah Azza wa Jalla. Kita memohon kepada Allah agar membantu kita untuk mewujudkannya. Bersegeralah untuk bertobat sebelum pintunya tertutup.” (Liqaa’ Baabil Maftuuh, hlm. 40).

Syarat tobat minimal ada tiga,

1. Al iqla’ (berhenti melakukan maksiat)
2. An nadam (menyesal)
3. Al ‘azm (bertekad untuk tidak mengulang lagi)

Orang yang melakukan tiga hal ini maka ia dianggap sudah bertobat. Dan tiga syarat ini yang paling banyak disebutkan para Ulama ketika menyebutkan syarat-syarat tobat.

Umar bin Khathab radhiallahu ‘anhu mengatakan:

التَّوْبَةُ النَّصُوحُ أَنْ يَتُوبَ ثُمَّ لَا يَعُودَ إِلَى الذَّنْبِ، كَمَا لَا يَعُودُ اللَّبَنُ إِلَى الضَّرْعِ

“Tobat nasuha adalah dengan tidak mengulang lagi dosa yang ia tobati, sebagaimana susu yang tidak akan masuk lagi ke perahannya.”

Al Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan,

هِيَ أَنْ يَكُونَ الْعَبْدُ نَادِمًا عَلَى مَا مَضَى؛ مُجْمِعًا عَلَى أَلَّا يَعُودَ فِيهِ

“Tobat seorang hamba adalah dengan menyesal terhadap apa yang telah ia lakukan, ditambah dengan tekad untuk tidak melakukannya lagi.”

Al-Qurthubi rahimahullah mengatakan:

يَجْمَعُهَا أَرْبَعَةُ أَشْيَاءَ: الِاسْتِغْفَارُ بِاللِّسَانِ ، وَالْإِقْلَاعُ بِالْأَبْدَانِ ، وَإِضْمَارُ تَرْكِ الْعَوْدِ بِالْجَنَانِ ، وَمُهَاجَرَةُ سَيِّئِ الْإِخْوَانِ

“Tobat itu menggabungkan 4 hal: istighfar dengan lisan, berhenti melakukan maksiat dengan badan, bertekad untuk tidak kembali melakukannya dengan anggota badan, dan menjauhi teman-teman yang buruk.” (Dinukilkan dari Tafsir Al Baghawi, 8/169). (tim)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini