Kehendak Allah Itu Pasti
foto: seekersguidance.
UM Surabaya

*) Oleh: Dr. Ajang Kusmana

وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلَا كَاشِفَ لَهُ إِلَّا هُوَ ۖوَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلَا رَادَّ لِفَضْلِهِ ۚيُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ ۚوَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Jika Allah menimpakan sesuatu kemudaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus: 107)

وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚوَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ

“Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya.” (QS. Ar-Ra’du: 11)

Sebagaimana disebutkan pula dalam hadis Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu,

وَاعْلَمْ أَنَّ الأُمَّةَ لَوِ اجْتَمَعَتْ عَلَى أَنْ يَنْفَعُوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَنْفَعُوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ لَكَ وَلَوِ اجْتَمَعُوا عَلَى أَنْ يَضُرُّوكَ بِشَىْءٍ لَمْ يَضُرُّوكَ إِلاَّ بِشَىْءٍ قَدْ كَتَبَهُ اللَّهُ عَلَيْكَ رُفِعَتِ الأَقْلاَمُ وَجَفَّتِ الصُّحُفُ

“Ketahuilah sesungguhnya seandainya ada umat bersatu untuk memberikan satu manfaat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan manfaat kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Seandainya ada umat bersatu untuk memberikan mudharat kepadamu, mereka tidak bisa memberikan mudharat kepadamu kecuali jika Allah telah menetapkannya untukmu. Pena sudah diangkat dan lembaran catatan sudah kering.” (HR. Tirmidzi, no. 2516 dan Ahmad, 1:293, sanad hadits ini hasan).

Bahasan inilah yang dimaksud dalam kalimat hawqalah: laa hawla wa laa quwwata illa billah. Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata tentang maksud kalimat tersebut yaitu,

لاَ حَوْلَ عَنْ مَعْصِيَةِ اللهِ إِلاَّ بِعِصْمَتِهِ، وَلاَ قُوَّةَ عَلَى طَاعَتِهِ إِلاَّ بِمَعُوْنَتِهِ

“Tidak ada daya untuk menghindarkan diri dari maksiat selain dengan perlindugan dari Allah. Tidak ada kekuatan untuk melaksanakan ketaatan selain dengan pertolongan Allah.” (Syarh Shahih Muslim, 17:27)

Allah Azza wa Jalla menciptakan kita, namun bukan berarti membutuhkan kita. Justru kitalah yang sangat membutuhkan dan bergantung pada-Nya…

Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla Maha Iradah (berkehendak). Apa pun yang Allah Azza wa Jalla kehendaki pasti terjadi, apapun yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi.

Semua langit dan bumi, serta semua yang ada di antara keduanya adalah milik Allah Azza wa Jalla dan berada di bawah kekuasaan-Nya, oleh karena itu tidak akan terjadi di kerajaan-Nya sesuatu yang tidak Dia kehendaki.

Keberagaman memahami agama di dunia terjadi dengan kehendak Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman:

وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

“Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat saja, tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah -lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu.” (QS. Al-Maidah: 48)

Seseorang mendapatkan petunjuk atau menjadi sesat, terjadi dengan kehendak Allah Azza wa Jalla. Allah Azza wa Jalla berfirman,

مَنْ يَشَإِ اللَّهُ يُضْلِلْهُ وَمَنْ يَشَأْ يَجْعَلْهُ عَلَىٰ صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ

“Barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya disesatkan-Nya. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah untuk diberi-Nya petunjuk, niscaya Dia menjadikan-Nya berada di atas jalan yang lurus.” (QS. Al-An’am: 39)

Kehendak Allah Azza wa Jalla tidak selalu dimaknai menunjukkan kecintaannya. Sebagian orang beranggapan bahwa ketika Allah Azza wa Jalla menghendaki sesuatu, berarti Allah Azza wa Jalla mencintai.

Anggapan ini salah. Karena kehendak tidak harus sama dengan kecintaan. Allah Azza wa Jalla menghendaki dengan takdir-Nya adanya kekafiran, tetapi Allah membencinya. Allah Azza wa Jalla berfirman,

إِنْ تَكْفُرُوا فَإِنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ عَنْكُمْ ۖ وَلَا يَرْضَىٰ لِعِبَادِهِ الْكُفْرَ ۖ وَإِنْ تَشْكُرُوا يَرْضَهُ لَكُمْ

“Jika kamu kafir maka sesungguhnya Allah tidak memerlukan imanmu, dan Dia tidak meridhai kekafiran bagi hamba-Nya; dan jika kamu bersyukur, niscaya Dia meridhai bagimu kesyukuranmu itu.” (QS. Az-Zumar: 7)

Imam Ibnu Abil ‘Izzi al-Hanafi rahimahullah berkata, “Ahlus Sunnah wal Jama’ah mengatakan: Sesungguhnya walaupun Allah menghendaki kemaksiatan secara takdir, namun Dia tidak mencintainya, tidak meridainya, dan tidak memerintahkannya. Bahkan Allah membencinya, memurkainya, tidak menyukainya, dan melarangnya. Ini adalah pendapat Salaf semuanya. Mereka mengatakan, apa yang Allah kehendaki pasti terjadi, apa yang tidak Dia kehendaki tidak akan terjadi.” (Syarah ath-Thâhawiyah)

Kita menggantungkan semua harapan kita, rasa takut kita, dan seluruh perbuatan kita hanya kepada Allah Azza wa Jalla.

Karena segala sesuatu terjadi dengan iradah Allah Azza wa Jalla. Maka kita harus bertawakal (berserah diri sepenuhnya) kepada-Nya semata.

Kita melaksanakan apa yang menjadi kehendak Allah Azza wa Jalla, yaitu dengan melaksanakan segala perintah dan menjauhi segala larangan, karena hal ini dicintai oleh Allah Azza wa Jalla. Hanya Allah Azza wa Jalla Tempat Memohon Pertolongan. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini