Keterwakilan Perempuan Rendah Berdampak pada Kebijakan Kesetaraan Gender
Resepsi Milad ke-106 Áisyiyah di UAD
UM Surabaya

Persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia semakin kompleks. Untuk itu, Áisyiyah memastikan bukan hanya bergerak pada persoalan perempuan dan anak, tetapi juga dalam konteks kebangsaan.

Salmah mengatakan bahwa saat ini bangsa Indonesia telah disibukkan dengan persiapan Pemilu 2024. Dan Áisyiyah mendukung terselenggaranya Pemilu yang berkeadaban menuju demokrasi yang substantif.

Dalam kehidupan politik kebangsaan Aisyiyah mengembangkan sikap kebangsaan yang berpijak pada kejujuran, keadilan, kebenaran, tanggung jawab, kedamaian, dan berakhlak mulia untuk membawa Indonesia berkemajuan.

Dalam konteks Pemilu dan kebangsaan, hingga sekarang keterlibatan perempuan dalam demokrasi di Indonesia masih rendah.

Khususnya dalam partai politik untuk maju dicalonkan menjadi legislatif maupun eksekutif.

Keterlibatan perempuan memiliki arti penting dalam penyelenggaraan Pemilu.

Oleh karena itu, diperlukan terobosan untuk meningkatkan partisipasi perempuan dalam pesta demokrasi di Indonesia. Sebab sampai sejauh ini, partisipasi perempuan masih sangat minim.

Rendahnya angka keterwakilan perempuan di parlemen sedikit banyak berpengaruh terhadap isu kebijakan terkait kesetaraan gender dan belum mampu merespons masalah utama yang dihadapi oleh perempuan.

Dalam 30 persen kuota yang disediakan bagi perempuan, jumlah yang saat ini terlibat masih berada di bawah angka tersebut.

Tidak bisa dipungkiri, hal itu berdampak pada kebijakan publik yang diambil yang acap kali mengesampingkan isu-isu tentang keperempuanan.

Selain itu juga akan membawa perempuan pada cara pandang yang berbeda dalam melihat dan menyelesaikan berbagai permasalahan publik karena perempuan akan lebih berpikir holistik dan responsif gender.

Keberadaan perempuan di parlemen juga akan berdampak pada perumusan kebijakan yang adil.

Untuk itu, meningkatkan pendidikan politik pada perempuan harus terus menerus dilakukan.

Bukan hanya organisasi perempuan, komunitas dan akademisi namun semua pihak yang memiliki kepentingan dengan menghadirkan politik yang santun, jujur, dan ramah bagi perempuan demi untuk mewujudkan demokrasi yang substantif.

Áisyiyah berharap pada Pemilu 2024 menjadi ajang rekonsiliasi nasional dan mencegah terjadinya pembelahan politik yang potensial merusak bangsa.

Dan kepada pemimpin terpilih nantinya, Áisyiyah berharap dia memiliki kompetensi dan berpihak kepada masyarakat.

Gerakan Jamaah Perempuan

Pada Milad ke-106 tahun miladiah dan 109 hijriah, rentang usia tersebut bagian tidak terpisahkan dari gerakan Muhammadiyah. Aisyiyah hadir sebagai gerakan perempuan Muhammadiyah yang Berkemajuan.

Aisyiyah sebagai gerakan perempuan Islam dan komponen strategis Muhammadiyah saat ini telah memasuki abad kedua, periode kedua.

Kelahiran Aisyiyah merupakan bagian tidak terpisahkan dari Muhammadiyah yang basisnya adalah gerakan jamaah perempuan.

Usia lebih dari satu abad yang dijalani oleh Aisyiyah bukanlah usia yang pendek, oleh karena itu dirinya mengajak seluruh kader Aisyiyah untuk mensyukuri segala nikmat ini.

Milad menjadi momentum bagi Aisyiyah atas usaha-usaha yang telah dilaksanakan selama ini.

Milad juga diharapkan memberikan kesadaran tentang peran strategis Aisyiyah dalam mendorong terciptanya peradaban utama.

Milad juga diharapkan menambah semangat ta’awun, merawat kesatuan dan menebar kebaikan bagi sesama.

Aisyiyah juga ingi meneguhkan dan mendorong kepemimpinan perempuan untuk membangun bangsa secara kolektif. (*)

(Disampaikan Ketua Umum PP Áisyiyah Salmah Orbayinah pada Resepsi Milad ke-106 Áisyiyah di Universitas Ahmad Dahlan (UAD), 19 Mei 2023)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini