Menjaga Perasaan Orang Lain Menurut Islam
UM Surabaya

إِذَا كُنْتُمْ ثَلَاثَةً فَلَا يَتَنَاجَى رَجُلَانِ دُونَ الْآخَرِ حَتَّى تَخْتَلِطُوا بِالنَّاسِ أَجْلَ أَنْ يُحْزِنَهُ

“Jika kalian bertiga maka janganlah dua orang berbicara/berbisik-bisik berduaan sementara yang ketiga tidak diajak, sampai kalian bercampur dengan manusia. Karena hal ini bisa membuat orang yang ketiga tadi bersedih.” (HR. Bukhori no. 6290 dan Muslim no. 2184).

Kandungan Hadis:

1. Islam menuntunkan kepada umatnya agar menjaga perasaan orang lain. Ajaran Islam menawarkan kebahagiaan dunia sekaligus akhirat.

Allah senang melihat tanda-tanda bahagia, itu tampak dalam diri kita.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ اللَّهَ يُحِبَّ أَنْ يُرَى أَثَرُ نِعْمَتِهِ عَلَى عَبْدِهِ

“Sesungguhnya Allah senang melihat bekas nikmat-Nya pada seorang hamba.” (HR. Tirmidzi dan An Nasai).

2. Maka betapa indahnya Islam, agama yang mencintai kebahagiaan pada dirimu, dan mengenyahkanmu dari duka cita, di dunia dan di akhirat.

Islam agama yang mengajarkan kepada kita untuk menjaga perasaan orang lain.

Kita juga dianjurkan untuk menyenangkan hati mereka. Bahkan menyakiti hati orang lain itu merupakan perkara yang diharamkan oleh Islam.

3. Orang yang berakhlak baik akan menjaga perasaan orang lain. Menyenangkan hati orang lain dan tidak menyakiti hati.

Memang tidak mudah, karena pada dasarnya manusia lebih suka menumpahkan amarah, kebencian, kesombongan, dan hal negatif yang lainya.

4. Banyak orang yang secara spontan berkomentar tentang suatu hal tanpa memikirkan apa akibat yang ditimbulkan setelah perkataan yang spontanitas tersebut diucapkan.

Spontanitas itu memang dibutuhkan, tapi profesi yang cocok dalam hal tersebut adalah seorang pelawak.

Karena mereka dituntut untuk cepat merespons tiap perbuatan yang dilakukan oleh lawan mainnya, apalagi dengan respons yang aneh sudah pasti akan menimbulkan gelagat tawa dari penonton.

Pada kehidupan yang nyata, respons yang bersifat spontanitas tersebut harus kita pikirkan terlebih dahulu penggunaannya.

Karena lawan kita bicara tersebut berbeda dengan lawan bicara ketika seseorang di panggung hiburan seperti pelawak.

Namun demikian hal tersebut sudah di-setting sehingga tidak ada hal hal yang dapat menimbulkan konflik ataupun sakit hati.

5. Sudah seharusnya kita kembalikan budaya berbicara kita ini kepada agama kita, yaitu Islam.

Islam telah mengatur semua hal mulai dari hal yang terkecil sampai hal paling besar, mulai dari tidur sampai kasus pembunuhan.

Islam menganjurkan untuk tidak banyak bicara ketika tidak diperlukan. Bahkan dalam Alquran juga disebutkan dengan bicaralah dengan perkataan yang baik.

Islam telah mengajarkan untuk tidak mengolok-olok untuk tidak memfitnah dan banyak hal yang

6. Saat kesibukan semakin hari semakin bertambah kita coba mencoba menyelesaikan satu per satu.

Awalnya memang terkesan biasa saja, namun diri kita tidak kuat untuk menahanya.

Akibat tak sanggup menahan beban akhirnya melampiaskan pada orang yang salah, kepada teman, kerabat, keluarga bahkan kepada kedua orang tua.

7. Melampiaskan perasaan memang boleh boleh saja asalkan dengan cara yang benar.

Namun asalkan dengan cara yang benar dan waktu yang tepat. Orang lain saja dapat menahan perasaan orang lain apalagi kita.

Luka yang ada dihati bisa diobati dengan izin Allah. Namun jika orang lain terluka karena kita, masalahnya tak lagi sederhana. Sebab kita harus mendapat maafnya. (*)

*) Dr. Ajang Kusmana, dosen Iniversitas Muhammadiyah Malang

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini