Calon Penghuni Surga dengan Amalan Tidak Istimewa
UM Surabaya

*) Oleh: Ridwan Manan
LP2M PDM Sidoarjo

Anas bin Malik menceritakan ketika Rasulullah shallalohu alaihi wasallam sedang bermajelis bersama para sahabat di masjid, Rasululullah memberitahukan kepada para sahabat, sebentar lagi akan datang pada kalian sekarang laki- laki calon penghuni surga.

Tidak lama berselang, datanglah lelaki dari kalangan Anshor masuk masjid jenggotnya masih basah dengan air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal.

Pada hari kedua, Rasulullah mengucapkan hal yang sama ketika bersama sahabat, akan datang pada kalian sekarang laki-laki calon penghuni surga, maka datanglah lelaki yang sama pada hari yang pertama, masuk masjid dengan jenggot yang basah dengan air wudhu dan tangan kirinya menenteng sandal.

Hari ketiga Rasulullah mengatakan yang sama dan laki-lakii yang datang juga sama dalam kondisi yang tidak berbeda.

Peristiwa tersebut menimbulkan penasaran dari Abdullah bin Amr untuk mencari tahu amalan yang spesial yang dikerjakan laki-laki Anshor sehingga Rasulullah mengatakan dia calon ahli surga.

Abdullah bin Amr minta izin kepada lelaki tersebut untuk menginap di rumahnya, dengan alasan sedang ada pertikaian dengan orang tuanya dan bersumpah tidak akan pulang selama tiga hari. Lelaki itu mengizinkan Abdullah bin Amr untuk menginap dirumahnya.

Abdullah bin Amr menceritakan selama menginap tiga hari di rumah lelaki tersebut dia tidak menemukan amalan yang istimewa. Tidak juga salat malam sebentar pun. Hanya saja ketika malam hari lelaki itu tidur ketika merubah posisi tidurnya berdzikir dan bertakbir. Abdullah menjumpai dari setiap perkataan lelaki tersebut senatiasa berkata yang baik.

Ketika Abdullah berpamitan dia mengatakan dengan sebenarnya pada lelaki tersebut, bahwa sesungguhnya dia sedang tidak sedang bertikai dengan orang tuanya. Dia ingin melihat amalan istimewa apa yang dikerjakan, sehingga Rasulullah mengatakan bahwa dia ahli surga.

Abdullah bertanya pada lelaki tersebut, “Amalan apa yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah memujimu bahwa engkau calon ahli surga tiga kali, aku tidak melihat amalan yang istimewa yang bisa aku teladani?”.

Setelah Abdullah keluar, lelaki itu memanggilnya dan mengatakan, “Saya tidak mempunyai amalan yang istimewa seperti yang engkau lihat, tetapi sebelum tidur saya memaafkan siapa saja yang bersalah dan saya tidak mempunyai iri dengki kepada yang lain”.

Abdullah mengatakan, “Itulah amalan anda yang tidak biasa dan kami tidak mampu menirunya,”

Hati yang bersih, bekal ke Surga

Hadis yang diriwayatkan Imam Ahmad ini Rasulullah memberikan inspirasi bahwa surga itu bertingkat derajatnya berdasar tingkatan amalannya.

وَلِكُلٍّ دَرَجٰتٌ مِّمَّا عَمِلُوْاۚ وَلِيُوَفِّيَهُمْ اَعْمَالَهُمْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Dan setiap orang memperoleh tingkatan sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan balasan amal perbuatan mereka dan mereka tidak dirugikan.

Surga bisa diperoleh dari orang yang mempunyai amalan biasa- biasa saja tetapi hatinya bersih. Allah mengajarkan doa agar dijauhkan dari iri dengki

رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِاِخْوَانِنَا الَّذِيْنَ سَبَقُوْنَا بِالْاِيْمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِنَا غِلًّا لِّلَّذِيْنَ اٰمَنُوْا رَبَّنَآ اِنَّكَ رَءُوْفٌ رَّحِيْمٌ

“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman. Ya Tuhan kami, Sungguh, Engkau Maha Penyantun, Maha Penyayang.”

Salah satu ciri calon penghuni surga adalah tidak ada iri dengki di hatinya karena di surga Allah telah mencabut sifat yang merusak jiwa tersebut.

Firman Allah dalam surat Al Hijr 47

وَنَزَعْنَا مَا فِيْ صُدُوْرِهِمْ مِّنْ غِلٍّ اِخْوَانًا عَلٰى سُرُرٍ مُّتَقٰبِلِيْنَ
“Dan Kami lenyapkan segala rasa dendam yang ada dalam hati mereka; mereka merasa bersaudara, duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan”.

Imam Ghazali berpendapat diantara penyakit hati ( amaradul qulub) hasad ( iri dengki), riya dan ujub ( bangga diri, sombong) yang paling membahayakan adalah sifat hasad, karena hasad merusak diri sendiri dan banyak orang, keharmonisan antar tetangga, masyarakat rusak bahkan peperangan antar negara berkobar karena hasad, sedangkan riya dan ujub hanya merusak pada dirinya sendiri. (*)

*) Pengajar Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

1 KOMENTAR

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini