Ittiba, Talfiq, dan Taqlid dalam Era Digital
UM Surabaya

Oleh: SYAHRUL RAMADHAN, SH, MKn
Sekretaris LBH AP PDM Lumajang

Dalam era digital yang penuh dengan informasi yang cepat dan melimpah, umat Islam dihadapkan pada berbagai tantangan dalam menjalankan ajaran agama. Salah satunya adalah bagaimana kita memahami konsep-konsep seperti ittiba’, talfiq, dan taqlid dalam konteks modern ini.

Dengan kemudahan akses terhadap berbagai pendapat ulama dan mazhab melalui internet, penting bagi kita untuk memegang prinsip yang tepat dalam mengikuti dan mengamalkan ajaran Islam.

Ittiba: Mengikuti dengan Ilmu

Dalam Islam, ittiba’ berarti mengikuti ajaran Nabi Muhammad SAW dengan dasar ilmu yang jelas. Ittiba’ menuntut setiap individu untuk berusaha memahami dalil-dalil dari Al-Qur’an dan Hadist sebelum mengamalkannya. Dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:

Katakanlah: ‘Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik’.”(QS. Yusuf)

Ayat ini menegaskan pentingnya mengikuti ajaran agama dengan hujah atau bukti yang nyata, yang hanya bisa diperoleh melalui proses pembelajaran yang benar.

Talfiq: Menggabungkan Pendapat Ulama

Talfiq adalah menggabungkan pendapat dari beberapa mazhab dalam satu masalah untuk mencapai kemudahan atau solusi tertentu. Dalam konteks era digital, talfiq sering terjadi ketika seseorang mencari solusi cepat dari berbagai sumber yang mungkin berbeda dalam pendekatannya. Namun, penting untuk diingat bahwa talfiq harus dilakukan dengan kehati-hatian dan pengawasan dari ulama yang berkompeten, agar tidak terjebak dalam tindakan yang merusak keutuhan ajaran Islam.

Taqlid: Mengikuti Ulama

Taqlid berarti mengikuti pendapat seorang ulama atau mazhab tanpa mengetahui dalilnya secara mendalam. Dalam era digital, di mana informasi begitu mudah diakses, banyak yang tergoda untuk meninggalkan taqlid dan mencari pendapat sendiri. Namun, bagi mereka yang belum memiliki kapasitas ilmu yang memadai, taqlid tetap penting untuk menjaga keutuhan dan ketepatan dalam menjalankan ajaran Islam.

Allah SWT berfirman:

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungjawabannya.” (QS. Al-Isra’)

Ayat ini mengingatkan kita untuk tidak asal mengikuti sesuatu tanpa ilmu, namun juga memberikan ruang bagi mereka yang belum berilmu untuk tetap berpegang pada pendapat ulama yang terpercaya.

Doa agar Terhindar dari Ilmu yang Tidak Bermanfaat

Rasulullah SAW mengajarkan sebuah doa agar kita terhindar dari ilmu yang tidak bermanfaat dan tidak tepat:

“Allahumma inni a’udzu bika min ‘ilmin la yanfa’, wa min qalbin la yakhsha’, wa min nafsin la tashba’, wa min da’watin la yustajabu laha.”

“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyuk, dari jiwa yang tidak pernah puas, dan dari doa yang tidak dikabulkan.” (Hadist Riwayat Muslim)

Dalam era digital, penting bagi umat Islam untuk tetap berpegang pada prinsip ittiba’ dengan terus belajar dan memahami ajaran Islam berdasarkan dalil yang sahih. Talfiq dapat menjadi solusi dalam situasi tertentu, namun harus dilakukan dengan kehati-hatian dan bimbingan ulama.

Sementara itu, taqlid tetap relevan bagi mereka yang belum mampu memahami dalil secara mendalam. Doa agar terhindar dari ilmu yang tidak tepat sangat dianjurkan, mengingat tantangan di era digital yang penuh dengan informasi yang beragam.

Dengan bimbingan Al-Qur’an dan Hadist, kita dapat menjalani kehidupan di era digital ini dengan tetap berada di jalan yang benar.

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini