Keluarga Kunci Pendidikan
UM Surabaya

Khotbah Jumat:

*)Oleh: Muhammad Roissudin, M.Pd
Anggota Majelis Tabligh PWM Jatim

إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا ،مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِىَ لَهُ ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَأَشْهَد
أَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ
اللهم صل على محمد وعلى الى محمد فيَا أَيُّهَا الحاضرون
اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ قال تعالى في كتاب الكريم
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ)
(يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلاً سَدِيداً يُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزاً عَظِيماً …

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Marilah kita senantiasa meningkatkan iman dan takwa seraya memunajatkan puji beserta syukur kita kepada Allah SWT dengan segala nikmat-Nya.

Selawat beserta salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya.

Kita pernah melewati ujian berat saat pandemi covid-19. Ujian itu menjadi pelajaran penting bagi orang beriman agar senantiasa lebih mawas diri dan menjaga kesehatan dengan prokes yang ketat.

Dan yang tidak kalah penting adalah senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Hadirin Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Salah satu dampak terbesar dari efek pandemi yang tak berkesudahan itu terkait pendidikan sebagai penyangga peradaban generasi.

Pilihan terberat yang harus dilalui ialah menyesuaikan model pembelajaran daring atau online.

Meski dianggap menjadi alternatif model pembelajaran ini sangat jauh dari target kurikulum yang diharapkan mampu membangun fondasi moral dan karakteristik generasi Indonesia yang tangguh dan mandiri.

Jika fenomena seperti ini berkepanjangan dan kita tidak segera bangkit menemukan pola pendidikan efektif dan menemukan formula dan target kurikulum yang jelas di masa sulit.

Dan bukan tidak mungkin kita akan kehilangan dua hal penting dalam tatanan sosial kehidupan berbangsa, yakni lost learing generation.

Lost learning artinya kita kehilangan masa-masa emas, di mana ketika anak-anak kita di masa produktif seharusnya mendapatkan model pembelajaran inovatif, praktis, dan sesuai tuntutan zaman.

Tetapi justru sebaliknya, pola pendidikan berbasis nilai tanpa makna. Mari kita cermati, pada kondisi normal saja peringkat pendidikan kita berada di urutan 73 dari 79 negara di Dunia (Hasil survey PISA tahun 2019).

Sebagaimana dilansir Program for International Student Assessment (PISA) memberikan peringkat untuk kualitas pendidikan seluruh negara di dunia, dengan sampel para siswa dari umur 15 tahun ke atas dan mengukur kinerja tiga mata pelajaran utama, yaitu matematika, sains dan literasi.

Di level Asia, Human Development Indeks (HDI) kita, yakni indikator untuk mengukur tingkat pembangunan manusia sebuah negara dengan menggunakan 3 indikator penting, yakni bidang kesehatan: 1. usia hidup 2. bidang pendidikan 3. bidang ekonomi: Kita hanya mampu berada di urutan ke-5 dengan urutan : 1. Singapura, 2. Brunai, 3. Malaysia 4. Thailand, 5. Indonesia.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Lalu, bagaimana sikap kita para orang tua untuk menjawab tantangan persoalan pendidikan kita saat ini?

Sebagai muslim yang taat tentu sistem pendidikan yang sesuai dengan Alquran adalah jawaban dari segala persoalan kita saat ini.

Dan di atas semuanya, pendidikan dimulai dari keluarga adalah pilihaan terbaik. Orang tua adalah madrosatu ‘ula. Ibu adalah pendidik terbaik putra-putrinya.

Alquran sebagai kitabullah telah banyak menukilkan sejarah tentang keberhasilan Lukmanul Hakim dalam mendidik putranya.

Alquran juga menuliskan dalam tinta emas, bagaimana sistem pendidikan yang dicontohkan Nabi Ibrahim yang menyiapkan sosok Ismail yang saleh dan memiliki tingkat ketakwaan yang mengagumkan.

Keberhasilan Nabi Ibrahim AS mendidik anak menjadi sosok yang saleh tampak pada diri Nabi Ismail AS.

Keberhasilan itu berkat sejumlah metode pendidikan yang diterapkan Ibrahim, bahkan sejak sang anaknya belum dilahirkan.

Kunci sukses model pendidikan Nabi Ibrahim adalah metode keteladanan. Dalam Alquran terdapat dua ayat yang menjelaskan bahwa Ibrahim adalah uswatun hasanah (QS al-Mumtahanah [60]: 4 dan 6) bagi umatnya, termasuk bagi anak-anaknya.

Berikutnya, pilihlah lingkungan yang baik untuk perkembangan mentalitas anak. Setelah Hajar melahirkan Ismail, Ibrahim mengantarkan mereka ke suatu tempat yang lengang dan tandus bernama Makkah.

Lalu, Ibrahim pun bermunajat agar tempat itu diberkahi dan baik untuk perkembangan mentalitas anaknya (QS Ibrahim [14]: 37).

Mari kita jadikan momentum pandemi ini untuk fokus membersamai anak-anak kita, meneladankan praktik Ibadah yang benar mulai dari berwudu, cara salat dan Ibadah serta konsep pendidikan yang telah diajarkan Alquran dan Sunah Rasulullah SAW.

Semoga Allah senantiasa melindungi dan meridai segala langkah kita, amin.

Jamaah Jum’ah Rahimakumullah

Kedatangan Islam bisa dikaji dari sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pentingnya salat.

Ketika anak menginjak usia tujuh tahun, hendaklah kedua orang tua mengajarkan dan memerintahkan anak-anaknya untuk melakukan salat.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ،
وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ، وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ

“Perintahkanlah anak-anak kalian untuk mengerjakan salat ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka bila pada usia sepuluh tahun tidak mengerjakan salat, serta pisahkanlah mereka di tempat tidurnya.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud)

Perintah mengerjakan salat berarti juga mencakup hal-hal yang berkaitan dengan salat. Misalnya, tata cara salat, tata cara wudu, dan hukum salat berjamaah di masjid bagi anak laki-laki.

Tentu hasilnya diharapkan agar anak-anak akan mengenal dan dekat dengan sesama kaum muslimin.

Dalam Islam, orang tua bertanggung jawab terhadap anak-anak mereka saat mereka tidur. Apalagi saat mereka terjaga, mereka keluar rumah, bergaul dengan lingkungannya.

Orang tua harus memperhatikan anaknya, menjauhkannya dari pergaulan buruk dan tidak benar.

Pendidikan tidak hanya terjadi pada saat mereka berada di rumah, namun juga ada perhatian lainnya yang bisa diberikan orang tua tatkala anak-anaknya berada di luar rumah.

Hendaknya orang tua mengetahui kemana dan dengan siapa anak-anaknya bergaul. Orang tua adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya.

كُلُّكُمْ رَاعٍ، وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Setiap kalian adalah orang yang memiliki tanggung jawab. Setiap kalian akan dimintai pertanggung-jawabannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ma’asyiral muslimin, jamaah salat jumah rahimakumullah

Pada akhirnya muara dari berbagai sistem pendidikan Islam yang kita yakini adalah bertujuan untuk meningkatkan Iman dan takwa dalam rangka meraih rida Allah dalam mewujudkan generasi saleh.

Ketika kita senantiasa terlibat dalam lautan ilmu dan pendidikan yang sesuai dengan syariat, maka Allah sendiri yang akan mengangkat harkat dan martabat sebuah bangsa.

Dalam hal ini Allah telah mengingatkan:

يَرْفَعِ اللهُ الَّذِينَ ءَامَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ

“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat (Q.S. al-Mujadalah: 11). (*)

 

 

 

 

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini