Cara Islami Menikmati Momen Bersama Keluarga
foto: arabianbusiness
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang.

“Traveling is a way to get to know God, the natural world, other people and yourself.”(Traveling adalah cara mengenal Tuhan, alam sekitar, orang lain, dan diri sendiri)

Liburan adalah momen yang tepat untuk beristirahat, melepaskan diri dari rutinitas sehari-hari, dan mempererat hubungan dengan keluarga.

Liburan tidak harus mahal, apalagi sampai berutang. Bagi yang memiliki anggaran terbatas, mencari destinasi wisata terdekat bisa menjadi pilihan bijak.

Hal yang paling penting adalah menciptakan momen kebersamaan, sesuai dengan kondisi ekonomi keluarga.

Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:

لِيُنْفِقْ ذُو سَعَةٍ مِنْ سَعَتِهِ وَمَنْ قُدِرَ عَلَيْهِ رِزْقُهُ فَلْيُنْفِقْ مِمَّا آَتَاهُ اللَّهُ لَا يُكَلِّفُ اللَّهُ نَفْسًا إِلَّا مَا آَتَاهَا

“Hendaklah orang yang mampu memberi nafkah menurut kemampuannya. Dan orang yang disempitkan rezekinya hendaklah memberi nafkah dari harta yang diberikan Allah kepadanya. Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melainkan sekadar apa yang Allah berikan kepadanya.” (QS. Ath-Thalaq: 7).

Ayat ini mengajarkan agar kita menyesuaikan pengeluaran, termasuk untuk liburan, dengan kemampuan finansial.

Liburan yang berlebihan tanpa memperhatikan kondisi ekonomi justru dapat membawa masalah.

Dalam Islam, liburan juga bukan sekadar untuk bersenang-senang, tetapi bisa menjadi sarana untuk meningkatkan keimanan dengan merenungkan kebesaran ciptaan Allah. Sebagaimana firman-Nya:

قُلْ سِيرُوا فِي الأَرْضِ فَانظُرُوا كَيْفَ بَدَأَ الْخَلْقَ ثُمَّ اللَّهُ يُنشِئُ النَّشْأَةَ الْآخِرَةَ إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

“Berjalanlah di muka bumi, dan perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan manusia dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al-Ankabut: 20).

Namun, kita harus waspada terhadap liburan yang mengandung unsur maksiat, seperti membuka aurat dan perilaku yang mengundang murka Allah.

Nabi Muhammad saw telah memperingatkan dalam hadis tentang wanita yang berpakaian tapi seolah telanjang, menarik perhatian, dan mengundang dosa. Rasulullah SAW bersabda:

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلَا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

“Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim No. 2128).

Hadits ini menekankan pentingnya menjaga aurat dan berpakaian sesuai syariat. Oleh karena itu, saat berlibur, kita harus tetap menjaga adab dan tidak mengabaikan aturan agama.

Mari jadikan liburan sebagai momen berharga untuk mendekatkan diri kepada Allah, mempererat hubungan keluarga, dan menjauhkan diri dari hal-hal yang bisa mendatangkan murka-Nya.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini