*) Oleh: Ferry Is Mirza DM
Marilah kita semua senantiasa meningkatkan ketakwaan hingga akhir hayat. Takwa dalam arti yang sesungguhnya adalah melaksanakan segala perintah Allah Ta’ala dan menjauhi larangan-Nya.
Ketakwaan yang kita jaga sepanjang hidup akan menjadi pelindung dari dosa, menutup aib, serta menjadi bekal menghadap Allah Subhanahu Wa Ta’ala di hari kiamat. Sungguh, Allah Maha Menutup aib hamba-Nya.
Namun, banyak orang yang justru bangga dengan dosa-dosa yang pernah mereka lakukan. Ini adalah tindakan yang mengundang murka Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Padahal, Allah telah menutupi aib mereka di dunia, bahkan di akhirat kelak. Allah Subhanahu Wa Ta’ala Maha Pengampun dan Maha Penyayang, seperti yang disebutkan dalam Al-Qur’an:
“Maka siapa pun yang bertobat sesudah melakukan kejahatan dan memperbaiki diri, maka sesungguhnya Allah menerima tobatnya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Maidah: 39)
Ampunan Allah tidak terbatas, lebih besar dari dosa yang diperbuat. Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Demi Zat yang diriku berada di tangan-Nya, jika kalian tidak berbuat dosa, Allah akan menghilangkan kalian dan menggantikan kalian dengan kaum lain yang berdosa, lalu mereka meminta ampun kepada Allah, dan Allah pun mengampuni mereka.”
(HR Muslim)
Hadis ini menggambarkan betapa luasnya ampunan Allah. Namun, bukan berarti kita boleh merasa aman dengan terus melakukan dosa.
Salah satu dosa besar yang dibenci Allah adalah ketika seseorang bangga dengan dosa yang ia lakukan dan memamerkannya kepada orang lain.
Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Seluruh umatku diampuni kecuali orang yang terang-terangan melakukan dosa (al-mujaaharah). Termasuk perbuatan al-mujaaharah adalah seseorang yang berbuat dosa di malam hari, kemudian di pagi hari Allah telah menutupi dosanya, namun dia berkata, ‘Wahai Fulan, semalam aku telah melakukan dosa ini dan itu.’ Allah telah menutupi dosanya di malam hari, tetapi dia membuka kembali dosa yang telah Allah tutupi.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Di zaman media sosial ini, fenomena memamerkan dosa semakin merajalela. Bukan hanya menceritakan dosa kepada orang lain, tetapi juga mengunggahnya di media sosial untuk dilihat oleh banyak orang.
Padahal, Allah telah menutupi aibnya, namun ia malah memperlihatkannya dengan bangga.
Syekh Nawawi al-Bantani pernah berkata: “Siapa pun yang berbuat dosa sambil tertawa dan bangga, kelak Allah akan memasukkannya ke neraka dalam keadaan menangis. Sebaliknya, siapa pun yang taat kepada Allah dan menangis karena malu dan takut atas kekurangannya dalam ketaatan, Allah akan memasukkannya ke surga dalam keadaan tertawa.”
Kita seharusnya menyesali dosa yang telah diperbuat, bukan malah berbangga dan mengumbarnya.
Semoga Allah menjauhkan kita dari sifat sombong atas dosa, serta memberikan hidayah untuk senantiasa bertaubat.
Mari kita berdoa agar selalu istikamah dalam ketakwaan dan dijauhkan dari kebanggaan atas dosa.
Semoga kita termasuk hamba-hamba yang selalu memohon ampunan dan berusaha memperbaiki diri.
Insya Allah bermanfaat. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News