Menemukan Ketenteraman Hati dalam Tuntunan Islam
foto: getty images
UM Surabaya

*) Oleh: Ubaidillah Ichsan, S.Pd,
Korps Mubaligh Muhammadiyah (KMM) PDM Jombang

“The secret to a peaceful life is to always include Allah in our lives and live our lives according to religious guidance.

(Rahasia hidup tenang adalah dengan selalu menyertakan Allah dalam kehidupan kita dan menjalani hidup sesuai dengan tuntunan agama)

Hidup bahagia adalah impian dan tujuan setiap manusia. Namun, di tengah tantangan dan rintangan hidup, sering kali kita merasa jauh dari kebahagiaan. T

ekanan, tanggung jawab, dan tuntutan duniawi kerap kali membawa efek negatif, membuat hati gelisah dan pikiran terbebani.

Meskipun begitu, berbagai masalah dan tuntutan sebenarnya dapat kita atasi. Kunci utamanya adalah kemampuan untuk mengolah pikiran dan perasaan, agar tetap bahagia meskipun berada di bawah tekanan.

Dalam ajaran Islam, Al-Qur’an memberikan petunjuk yang jelas mengenai cara meraih kebahagiaan sejati.

Allah SWT berfirman:

مَنْ عَمِلَ صَٰلِحًا مِّن ذَكَرٍ أَوْ أُنثَىٰ وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُۥ حَيَوٰةً طَيِّبَةً ۖ وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُم بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا۟ يَعْمَلُونَ

“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. An-Nahl: 97)

Ayat ini menegaskan bahwa Allah SWT memberikan kehidupan yang baik kepada mereka yang beriman dan beramal saleh. Syukur, menurut ayat ini, menjadi kunci utama dalam meraih kebahagiaan.

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:

مَنْ أَحَبَّ لِلَّهِ وَأَبْغَضَ لِلَّهِ وَأَعْطَى لِلَّهِ وَمَنَعَ لِلَّهِ فَقَدِ اسْتَكْمَلَ الإِيمَانَ

“Siapa yang cintanya karena Allah, bencinya karena Allah, memberinya karena Allah, dan tidak memberi pun karena Allah, maka sungguh telah sempurna keimanannya.” (HR. Abu Dawud 4681)

Dalam hadis ini, Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam menegaskan bahwa cinta dan benci, serta tindakan memberi atau menahan, harus didasari niat karena Allah SWT.

Cinta yang tidak diikat oleh kecintaan kepada Allah adalah cinta yang tidak bermanfaat, sebagaimana dijelaskan oleh Al-Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Al-Fawaid, yang menyebutkan 10 hal yang tidak ada manfaatnya, salah satunya adalah cinta yang tidak diikat dengan cinta kepada Allah.

Kebahagiaan sejati tidak terletak pada harta, tahta, atau pujian manusia, tetapi pada kedekatan kita kepada Allah SWT.

Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin menjelaskan bahwa kebahagiaan sejati adalah ketenangan hati yang muncul dari kesadaran akan keagungan Allah.

Semoga kita semua diberikan kekuatan untuk meraih kebahagiaan sejati yang diridhoi oleh Allah SWT, dengan hati yang tenang dan pikiran yang senantiasa terarah kepada-Nya.

Semoga bermanfaat. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini