Menggapai Akhirat dengan Amal di Dunia
foto: altaf qadri/ap photo
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Marilah kita senantiasa menjaga dan meningkatkan ketakwaan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala, dengan sebenar-benarnya taqwa; menjauhi larangan-Nya sejauh-jauhnya, serta menjalankan perintah-Nya semampu kita.

Dengan demikian, kita dapat berproses menjadi hamba yang paling mulia di sisi Allah, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an, Surat Al-Hujurat ayat 13:

“Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.”

Dunia ini hanyalah tempat persinggahan sementara, tempat di mana kita diwajibkan untuk mengumpulkan bekal sebanyak mungkin sebagai persiapan menuju alam akhirat.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala telah memberi peringatan bahwa meskipun kita membutuhkan harta untuk memenuhi kebutuhan dunia, jangan sampai kita melupakan tanggung jawab yang lebih besar: mengumpulkan amal sholeh sebagai bekal akhirat.

Allah berfirman dalam QS. Al-Qasas ayat 77:

“Dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia, dan berbuat baiklah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Ayat ini menegaskan pentingnya menjaga keseimbangan antara dunia dan akhirat. Kita diajarkan untuk mencari harta sebagai sarana kehidupan, namun jangan sampai harta melalaikan kita dari ibadah dan ketaatan kepada Allah.

Kehidupan dunia memiliki tujuan penting: sebagai sarana untuk mengumpulkan amal kebaikan dan menjalankan perintah-perintah Allah.

Namun, ada banyak yang mengaku muslim tetapi tidak menunjukkan perilaku sebagai muslim sejati. Mereka mungkin beriman secara lisan, namun tindakannya tidak sesuai dengan ajaran Islam. Contohnya:

  • Mengaku muslim, tapi merendahkan saudara seimannya.
  • Mengaku muslim, tapi enggan membantu yang membutuhkan.
  • Mengaku muslim, tapi mudah memutus tali persaudaraan.
  • Mengaku muslim, tapi lebih tunduk pada manusia daripada pada Allah.

Allah memperingatkan dalam QS. Al-Baqarah ayat 8:

“Di antara manusia ada yang mengatakan: ‘Kami beriman kepada Allah dan Hari Kemudian,’ padahal mereka bukan orang-orang yang beriman.”

Muslim sejati adalah mereka yang konsisten dalam beramal sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam.

Mereka berperilaku sesuai ajaran Islam secara menyeluruh (kaffah), menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya.

Ketakwaan menjadi kunci kehormatan dan keutamaan seorang muslim, dan oleh karena itu, penting bagi kita untuk terus memperkokoh ketaqwaan dalam setiap aspek kehidupan.

Dunia ini hanya tempat persinggahan, tempat kita mempersiapkan diri menuju kehidupan abadi di akhirat. Jagalah amal kita, seimbangkan dunia dan akhirat, serta jadilah muslim sejati yang beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. (*)

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini