Peran Strategis Pemuda di Zaman Rasulullah
UM Surabaya

*)Oleh:Ridwan Manan
LP2M PDM Sidoarjo

Beberapa peristiwa yang melibatkan para remaja usia belasan tahun, tawuran, mabuk-mabukan, narkoba dan berbagai perilaku negatif lainnya, seakan tidak ada habisnya di media sosial. Karakter religius, sopan santun yang menjadi budaya kita semakin tergerus di masyarakat.

Potret pemuda tersebut adalah kondisi pemuda yang tidak diharapkan orang tua dan bangsa. Orang tua berharap anaknya menjadi saleh salehah dan mampu menjadi pemimpin umat. Doa dalam surat Al Furqon 74

رَبَّنَا هَبۡ لَـنَا مِنۡ اَزۡوَاجِنَا وَذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعۡيُنٍ وَّاجۡعَلۡنَا لِلۡمُتَّقِيۡنَ اِمَامًا‏

Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.

Pemuda mempunyai peran strategis di zaman Rasulullah dalam memperjuangkan Islam dan membangun peradaban umat. Beliau memberikan pelajaran berharga bahwa pemuda sebagai aset penting yang mampu berkontribusi pada umat.

Rasulullah mempercayakan tanggung jawab besar pada mereka, yang dianggap belum mampu memikul amanah. Rasulullah telah membuktikan potensi dan kemampuan pemuda.
Contoh nyata kepercayaan Rasulullah terhadap para pemuda, Zaid bin Stabit 13 tahun, diperintah Rasulullah belajar bahasa Suryani dalam waktu 17 malam dan dipercaya Rasulullah menjadi sekretaris serta penerjemah beliau.

Usamah bin Zaid usia 18 tahun, ditunjuk langsung oleh Rasulullah menjadi panglima perang, walaupun saat itu di belakangnya ada tokoh-tokoh besar seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab. Para sahabat senior merasa keberatan, Rasulullah tetap memberikan kepercayaan pada Usamah yang masih usia belia.

Attab bin Usaid 18 tahun ditugaskan menjadi gubenur di Makkah ketika Rasulullah meninggalkan Makkah untuk memimpin perang Hunain. Muadz bin Jabal cedekiawan muda, banyak menghabiskan waktunya bersama Rasulullah. Dia diangkat menjadi gubernur Yaman pada usia 27 tahun. Dan banyak lagi pemuda hebat disekitar Rasulullah.

Rasulullah juga tidak mengesampingkan peran perempuan muda untuk berkontribusi pada umat Islam. Di Awal perkembangan Islam perempuan mempunyai andil besar. Asma binti Abu Bakar punya peran penting dalam hijrahnya Rasulullah ke Madinah.

Pada malam hari dengan keberaniannya Asma mengirimkan makanan ke Gua Tsur di saat situasi yang mencekam. Kaum musrikin Makkah mencari keberadaan Rasulullah yang meninggalkan Makkah.

Aisyah istri Rasulullah pada usia dua puluh tahun menjadi ahli hukum yang dihormati, membuktikan perempuan muda memiliki potensi besar dalam masyarakat Islam.

Kalau ingin melihat bagaimana peradaban Islam dimasa yang akan datang lihatlah pemuda hari ini.

Tugas orang tua, guru dan para pemimpin

Orang tua hendaklah meninggalkan generasi emas punya kemampuan memimpin umat. Tidak meninggalkan generasi yang lemah. Firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 9 dan surat Maryam 59

وَلْيَخْشَ الَّذِيْنَ لَوْ تَرَكُوْا مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً ضِعٰفًا خَافُوْا عَلَيْهِمْۖ فَلْيَتَّقُوا اللّٰهَ وَلْيَقُوْلُوْا قَوْلًا سَدِيْدًا
Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh karena itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar. (QS.An Nisa 9)

فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلَاةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ ۖ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا

Maka datanglah sesudah mereka, pengganti (yang jelek) yang menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsunya, maka mereka kelak akan menemui kesesatan (QS. Maryam 59)

Empat hal yang harus dilakukan orang tua, guru, masyarakat dan para pemimpin.
Pertama, berikan kesempatan dan ruang sosial bagi pemuda untuk berlatih menempa diri dan bertanggung jawab. Rasulullah melibatkan Anas bin Malik memenuhi kebutuhannya dan ibundanya memberikan dukungan pada putranya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan Rasulullah

Kedua, libatkan pemuda dalam berinteraksi sosial, untuk menanamkan nilai agama dan karakter. Ajak anak-anak dalam majelis ilmu seperti Ibnu Abbas, Ali bin Abi Tholib dan Anas bin Malik sering mengikuti majlis ta’lim Rasulullah bersama sahabat senior bahkan mengajak mereka berdiskusi.

Jundub bin Abdillah bercerita:
“Ketika kami bersama Nabi, kami di usia muda yang kuat. Kami belajar iman sebelum mempelajari Al-Qur`an, kemudian kami mempelajari Al-Quran. Kami merasakan agama dan perilaku kami semakin baik dengan pola pendidikan itu.”

Ketiga, berikan pada pemuda persamaan hak dengan orang dewasa.
Ketika Rasulullah diberikan minum di sebuah wadah, beliau meminumnya sementara dikanannya ada pemuda (Ibnu Abbas) dan sebelah kirinya para orangtua, Rasulullah meminta izin kepada pemuda tersebut untuk memberikan minum kepada orangtua yang ada disebelah kiri beliau, tapi pemuda itu tidak mengizinkan karena ingin mendapat berkahnya dari Rasulullah. Tidak serta merta Rasulullah memberikan minum pada para orangtua disebelah kirinya. Beliau menghormati hak pemuda yang ada di sebelah kanannya.

Keempat, kenali potensi masing-masing pemuda. Karena Allah memberikan bakat dan kemampuan yang berbeda, melejitkan potensinya menjadi kekuatan yang berharga. Rasulullah tidak mengizinkan Zaid bin Stabit ikut perang tetapi diperintahkan urtuk belajar bahasa. Karena Rasulullah melihat potensi Zaid di bidang keilmuan.

Rasululullah telah memberikan keteladanan dalam mengembangkan potensi pemuda untuk mengadapi tantangan dalam membangun peradaban bangsa. Tentu masih relevan didikan Rasulullah pada para pemuda untuk diterapkan di era modern ini. (*)

*)Pengajar Pondok Pesantren Al Fattah Sidoarjo

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini