Menghindari Riya, Kebaikan Sejati dalam Keikhlasan
Ilustrasi: morningcoach
UM Surabaya

*) Oleh: Ferry Is Mirza DM

Dalam menjalani hidup, penting bagi kita untuk selalu berusaha menjadi pribadi yang baik, terutama dalam amalan ibadah.

Namun, alangkah lebih baik lagi jika kita melakukannya dengan tulus dan ikhlas, karena keikhlasan dalam ibadah adalah kunci utama agar amalan kita diterima di sisi Allah SWT.

Sebagaimana pepatah bijak menyatakan:

“Di dalam kebaikan belum tentu ada keikhlasan, namun di dalam keikhlasan pasti ada kebaikan.”

Seringkali, ketika merasa lebih dari orang lain, kita sesungguhnya sedang terperangkap oleh ilusi kebesaran diri yang bisa menyesatkan hati. Perlu kita introspeksi diri:

Jika merasa besar, periksalah hatimu—mungkin hatimu sedang bengkak oleh kesombongan.

Jika merasa suci, periksalah jiwamu—mungkin itu hanya putihnya nanah dari luka nuranimu.

Jika merasa tinggi, periksalah batinmu—mungkin batinmu sedang melayang kehilangan pijakan kebenaran.

Jika merasa wangi, periksalah ikhlasmu—mungkin wangi itu hanya asap dari amal sholeh yang hangus terbakar riya.

Seperti yang diungkapkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib RA, sahabat Rasulullah saw:

“Barang siapa yang memandang dirinya buruk, maka sesungguhnya dia adalah orang yang baik, dan siapa yang memandang dirinya baik, maka sesungguhnya dia adalah orang yang buruk.

Mengapa demikian? Karena orang yang merasa dirinya buruk lebih cenderung untuk terus memperbaiki diri dan berjuang menjadi lebih baik.

Sebaliknya, orang yang merasa dirinya baik bisa terjebak dalam rasa puas diri yang berbahaya, yang menjauhkan mereka dari keikhlasan dan mengundang riya’.

Sebagai umat Muslim, kita diajarkan untuk selalu beriman dan bertakwa kepada Allah SWT. Dengan senantiasa bersikap istikamah, tulus, dan ikhlas dalam beramal ibadah, kita akan meraih derajat yang mulia di sisi-Nya.

Sebagai penutup, marilah kita terus memperbaiki diri, tidak pernah merasa lebih baik dari orang lain, dan menghindari jebakan riya dalam amal.

Semoga kita semua diberi kekuatan untuk selalu ikhlas dan mendapatkan balasan kebaikan di dunia dan akhirat.

Referensi:

Ali bin Abi Thalib RA. Dalam berbagai sumber hadits dan atsar, ucapan-ucapan beliau banyak dijadikan sebagai nasihat bijak dalam menjaga hati dan keikhlasan.

Al-Qur’an Surah Al-Bayyinah [98:5], “Padahal mereka hanya diperintahkan menyembah Allah dengan ikhlas murni ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama…”

Hadis riwayat Muslim, “Sesungguhnya Allah tidak melihat bentuk rupa kalian dan tidak pula harta kalian, tetapi Dia melihat hati dan amal kalian.”

Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini