Oleh: Dr. Slamet Muliono Redjosari
Penciptaan langit dan bumi menggambarkan kebesaran Allah yang nyata, namun manusia meresponsnya dengan dua sikap yang berbeda: ada yang tunduk-patuh, dan ada pula yang sombong serta angkuh.
Mereka yang tunduk kepada kebesaran penciptaan ini terdorong untuk berbuat baik dan hanya menyembah Allah. Sebaliknya, yang bersikap sombong mendorong diri mereka kepada tindakan kemaksiatan.
Al-Qur’an mengingatkan bahwa penciptaan langit dan bumi sering dipandang sebagai sesuatu yang biasa saja oleh manusia, sehingga tidak melahirkan rasa ketundukan dan kepatuhan.
Sikap ini menciptakan ruang bagi pembangkangan terhadap perintah Allah dan syariat yang disampaikan oleh para nabi.
Langit dan Bumi: Sebuah Kesatuan
Allah menciptakan langit dan bumi dengan tujuan besar, menyediakan segalanya untuk kesejahteraan manusia.
Namun, banyak manusia yang justru melihat penciptaan ini sebagai sesuatu yang biasa saja, tanpa makna khusus yang memerlukan rasa kagum atau tunduk.
Sikap ini menyebabkan mereka menolak untuk mematuhi Allah dan menganggap alam semesta tanpa hikmah, yang pada gilirannya memicu perilaku maksiat.
Narasi ini digambarkan dalam firman Allah:
“وَمَا خَلَقْنَا السَّمَاءَ وَالْأَرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا بَاطِلًا ۚ ذَٰلِكَ ظَنُّ الَّذِينَ كَفَرُوا ۚ فَوَيْلٌ لِّلَّذِينَ كَفَرُوا مِنَ النَّارِ”
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi serta segala yang ada di antara keduanya dengan sia-sia. Itu adalah anggapan orang-orang kafir. Maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. Şād: 27)
Beberapa orang kafir mengklaim bahwa alam semesta ini tercipta melalui satu ledakan besar, dikenal dengan teori Big Bang.
Para ulama menjelaskan bahwa sebelum penciptaan, langit dan bumi adalah satu kesatuan yang kemudian Allah pisahkan. Al-Qur’an menyebutkan:
“أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا ۖ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ ۖ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ”
“Dan apakah orang-orang kafir tidak mengetahui bahwa langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup? Maka mengapakah mereka tidak juga beriman?” (QS. Al-Anbiyā: 30)
Salah satu penjelasan tentang ayat ini datang dari Ibnu Abbas, yang menjelaskan bahwa langit pada awalnya tidak bisa menurunkan hujan, sementara bumi tidak bisa menumbuhkan tanaman.
Allah kemudian memisahkan keduanya dengan memberikan hujan dari langit dan kemampuan bumi untuk menumbuhkan tanaman. Ini menunjukkan kebesaran Allah dalam mengatur alam semesta.
Kebesaran Allah dan Tujuan Penciptaan
Penciptaan langit dan bumi bukanlah tanpa tujuan. Sebaliknya, ia merupakan ujian bagi manusia untuk menentukan apakah mereka akan berbuat baik atau jahat.
Allah memberikan pahala surga bagi mereka yang berbuat baik, dan neraka bagi yang berbuat buruk. Dengan kata lain, langit dan bumi adalah panggung di mana manusia diuji untuk menentukan nasib akhir mereka.
Firman Allah menegaskan hal ini:
“أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثًا وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ”
“Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main saja dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” (QS. Al-Mu’minūn: 115)
Allah menunjukkan banyak tanda kebesaran-Nya yang tidak mungkin dilakukan oleh selain-Nya, seperti penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam, perputaran angin, serta turunnya hujan yang menghidupkan bumi yang kering. Semua ini sebagai bukti kekuasaan Allah dan tanda bagi mereka yang mau berpikir.
Firman Allah yang lain menyebutkan:
“إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللَّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاءٍ فَأَحْيَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَابَّةٍ وَتَصْرِيفِ الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخَّرِ بَيْنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ”
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)nya, dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan.” (QS. Al-Baqarah: 164)
Keagungan ini ditunjukkan Allah agar manusia tunduk dan menyembah hanya kepada-Nya. Namun, banyak manusia yang tetap ingkar dan memilih untuk membangkang terhadap Pencipta langit dan bumi. (*)
Surabaya, 14 Oktober 2024
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News