*)Oleh: Fathan Faris Saputro
Anggota MPI PCM Solokuro
Setiap orang pasti pernah menghadapi masa-masa sulit dalam hidupnya. Tantangan yang datang tiba-tiba, seperti badai yang menghantam tanpa peringatan, sering kali membuat kita merasa tak berdaya. Di tengah situasi seperti ini, ada satu kunci yang bisa menuntun kita keluar dari kegelapan—tawakal. Tawakal bukan sekadar pasrah, melainkan sikap menyerahkan segala usaha dan hasil kepada Sang Pencipta setelah kita berjuang semaksimal mungkin.
Banyak orang mengira bahwa tawakal berarti diam dan menerima nasib tanpa usaha. Padahal, inti dari tawakal adalah perpaduan antara ikhtiar yang kuat dan kepercayaan penuh kepada Allah. Kita bekerja keras, memberikan yang terbaik, lalu menyerahkan hasilnya kepada-Nya dengan hati yang tenang. Tawakal inilah yang memberikan ketenangan saat kita dihadapkan pada ketidakpastian.
Seorang lelaki bernama Amir pernah merasakan hal ini ketika bisnisnya mengalami kerugian besar. Semua yang telah ia bangun perlahan hancur di depan matanya, dan ia merasa tak ada lagi harapan. Namun, di titik terendah itu, ia teringat akan nasihat ayahnya tentang tawakal. “Jangan berhenti berusaha, tapi jangan pula bergantung pada hasil usahamu semata,” begitu kata sang ayah yang akhirnya menjadi pegangan hidupnya.
Amir pun bangkit dan mulai kembali berusaha, meski penuh keterbatasan. Setiap harinya, ia bekerja dengan tekun, namun kali ini dengan satu perbedaan besar—ia tidak lagi gelisah dengan hasil akhir. Tawakal telah membebaskannya dari kekhawatiran berlebih, memberinya ketenangan dalam menghadapi tantangan. Ternyata, ketenangan itulah yang membantunya berpikir lebih jernih dan menemukan peluang baru yang tak pernah ia duga sebelumnya.
Dalam perjalanan hidup, ujian akan selalu datang dan pergi. Terkadang, ujian itu membuat kita merasa kehilangan arah dan tak tahu harus berbuat apa. Namun, dengan tawakal, kita akan selalu memiliki sandaran yang kokoh, karena kita tahu ada kekuatan yang lebih besar dari apa pun yang kita hadapi. Ketika kita menyerahkan segala hasil kepada-Nya, yang tersisa hanyalah kedamaian di hati, apa pun hasil yang kita terima.
Amir mulai melihat perubahan dalam hidupnya, bukan karena keberuntungan semata, tetapi karena sikap tenang dan penuh tawakal yang ia tanamkan dalam setiap langkahnya. Dia belajar bahwa dalam hidup, tidak semua hal bisa kita kendalikan. Ada saat-saat di mana usaha keras kita belum membuahkan hasil, tetapi tawakal membuatnya tetap bersyukur dan terus bergerak maju. Baginya, tawakal bukanlah akhir dari segalanya, melainkan awal dari ketenangan yang membimbingnya menuju masa depan yang lebih baik.
Dalam proses itu, Amir juga menyadari bahwa ujian hidup bukanlah hukuman, melainkan sarana untuk mendewasakan jiwa. Setiap kesulitan yang ia hadapi mengajarkan pelajaran berharga tentang kesabaran, keikhlasan, dan keyakinan. Dia tak lagi memandang ujian sebagai sesuatu yang harus dihindari, melainkan sebagai kesempatan untuk mengasah ketangguhan. Dengan tawakal, dia mampu melihat bahwa ada hikmah di balik setiap cobaan, meski mungkin tak langsung terlihat.
Amir pun mulai berbagi kisahnya kepada orang-orang di sekitarnya, terutama mereka yang tengah dilanda kesulitan. Ia bercerita tentang bagaimana tawakal telah mengubah perspektifnya dalam menghadapi hidup. Banyak yang terinspirasi oleh kisahnya, melihat bahwa tawakal tidak hanya memberikan kekuatan, tetapi juga membuka pintu keajaiban. Tawakal telah mengajarkannya untuk tidak tenggelam dalam kesedihan atau kegagalan, tetapi untuk selalu percaya bahwa ada kebaikan yang menanti di ujung jalan.
Hidup memang penuh dengan liku-liku yang tak terduga, dan kita tak selalu tahu apa yang akan terjadi. Namun, dengan tawakal, kita bisa melangkah dengan keyakinan bahwa apa pun yang terjadi, semuanya sudah ditentukan dengan kebijaksanaan-Nya. Amir kini berjalan dalam hidup dengan penuh keyakinan, bukan karena ia tahu semua jawaban, tetapi karena ia percaya pada Sang Pencipta yang Maha Mengetahui segalanya. Dan bagi Amir, itulah rahasia dari menghadapi ujian hidup—tawakal sebagai solusi sejati.
Seiring berjalannya waktu, hidup Amir semakin dipenuhi dengan kebahagiaan yang tak pernah ia duga sebelumnya. Meskipun usahanya belum sepenuhnya pulih, ia merasakan kedamaian yang tak ternilai. Bukan lagi materi yang menjadi ukuran kebahagiaannya, tetapi keyakinan bahwa setiap detik dalam hidupnya berada di bawah kendali Allah. Tawakal mengajarkannya untuk selalu bersyukur, meski jalan hidup tidak selalu sesuai dengan rencananya.
Suatu hari, ketika ia tengah berbincang dengan sahabat lamanya, Rafi, yang juga tengah dilanda kebingungan, Amir mengingatkan tentang pentingnya tawakal. Rafi, yang merasa hidupnya penuh ketidakpastian, mendengar kisah Amir dengan seksama. Amir menceritakan bagaimana ia bisa bangkit dari kehancuran dan menemukan kedamaian melalui tawakal. “Kita memang harus berusaha keras, tapi jangan lupa bahwa ada kekuatan yang lebih besar dari kita yang mengatur segalanya,” katanya.
Rafi pun mulai menerapkan nasihat Amir dalam hidupnya. Ia belajar untuk bekerja tanpa terlalu memikirkan hasil, menyerahkan apa pun yang terjadi kepada Allah setelah berikhtiar. Awalnya tidak mudah, karena sebagai manusia, ia terbiasa ingin mengendalikan segala sesuatu. Namun, seiring berjalannya waktu, Rafi merasakan perbedaan yang signifikan dalam hidupnya—ia menjadi lebih tenang, lebih sabar, dan lebih ikhlas menerima apa pun yang datang.
Kisah Amir dan Rafi hanyalah contoh kecil dari betapa dahsyatnya kekuatan tawakal dalam menghadapi ujian hidup. Setiap orang punya jalannya masing-masing, dan setiap ujian datang dalam berbagai bentuk. Namun, satu hal yang pasti: dengan tawakal, kita tidak hanya menjadi lebih kuat, tetapi juga lebih bijaksana. Ujian hidup bukan lagi menjadi beban, melainkan sebuah perjalanan yang penuh makna, di mana tawakal menjadi solusi untuk menemukan kedamaian sejati. (*)
Untuk mendapatkan update cepat silakan berlangganan di Google News